Menelusuri Kerajaan Kutai Martadipura: Jejak Awal Peradaban Hindu di Nusantara!

Isi prasasti tersebut menyebutkan tentang raja-raja yang memerintah di Kutai, mulai dari Kudungga, kemudian anaknya Aswawarman, dan cucunya Mulawarman.
Dari ketiga nama tersebut, Kudungga diduga sebagai tokoh lokal yang belum menganut Hindu, sementara Aswawarman dianggap sebagai pendiri dinasti, karena namanya bercorak India.

Raja Mulawarman disebutkan sebagai raja yang sangat dermawan dan kuat. Dalam prasasti, ia disebut telah memberikan ribuan ekor sapi sebagai persembahan kepada para Brahmana.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Rumah Gadang Nagari Andiang: Warisan Budaya Minangkabau yang Sarat Makna!

Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu, ajaran Hindu sudah mapan di wilayah Kutai dan menjadi bagian penting dari sistem kekuasaan dan keagamaan.

Struktur Pemerintahan dan Kehidupan Sosial

Kerajaan Kutai Martadipura memiliki sistem pemerintahan monarki yang dipimpin oleh raja dengan kekuasaan absolut.

Raja tidak hanya bertindak sebagai penguasa politik, tetapi juga sebagai pemimpin keagamaan.

Masyarakat di sekitarnya menjalani kehidupan agraris, dengan pengaruh budaya Hindu yang kuat dalam upacara dan sistem kasta.

Hubungan antara rakyat dan raja bersifat hierarkis, namun dilandasi oleh sistem kepercayaan dan loyalitas.

BACA JUGA:Sejarah Makam Ratu Galuh Mangku Alam: Jejak Keagungan Perempuan di Tanah Ciamis!

Pembagian kerja dalam masyarakat mencerminkan struktur sosial yang berkembang sesuai dengan ajaran Hindu, meskipun tetap bercampur dengan kearifan lokal.

Kejayaan dan Kemunduran

Puncak kejayaan Kutai Martadipura terjadi pada masa pemerintahan Mulawarman, ketika kerajaan menjadi makmur dan stabil secara politik dan ekonomi.

Dukungan terhadap agama dan kesusastraan menjadi bagian dari strategi kerajaan untuk memperkuat identitas dan pengaruhnya. Namun, seiring berjalannya waktu, kejayaan tersebut mulai meredup.

Belum ditemukan catatan pasti mengenai penyebab keruntuhan Kutai Martadipura.

Sumber: