Afrika Selatan Terbelah Sistem Apartheid yang Menindas Jutaan Orang
--
BACA JUGA:Bongkahan Terbesar Emas Dunia yang Pernah Tercatat Dalam Sejarah Dunia. Ada di Indonesia?
Pada tahun 1990-an, tekanan global dan perlawanan dalam negeri akhirnya memaksa perubahan.
Presiden F.W. de Klerk mencabut undang-undang apartheid, dan tahun 1994 menjadi titik balik sejarah ketika Nelson Mandela terpilih sebagai presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan.
Kemenangan itu bukan sekadar politik, tapi simbol harapan bahwa keadilan dan kesetaraan bisa tumbuh dari reruntuhan ketidakadilan.
Tapi warisan apartheid masih terasa hingga kini dalam ketimpangan ekonomi dan sosial yang belum sepenuhnya pulih.
BACA JUGA:Memahami Sejarah Museum Batik Danar Hadi: Pelestarian Warisan Budaya Batik di Kota Solo!
Apartheid mengajarkan bahwa hukum bisa menjadi alat penindasan bila dijalankan tanpa moralitas.
Afrika Selatan pernah membuktikan bahwa sistem legal bisa dipakai untuk memanipulasi kebenaran dan membungkam kemanusiaan.
Namun, dari kelamnya sejarah itu juga lahir pelajaran penting: bahwa perjuangan, solidaritas, dan keberanian bisa mengubah sistem yang paling bengis sekalipun.
Dunia tidak boleh lupa, sebab lupa adalah pintu bagi sejarah kelam terulang kembali.
BACA JUGA:Memahami Sejarah Suku Kerinci: Warisan Budaya dari Lereng Gunung Kerinci!
Namun, meski apartheid secara hukum telah berakhir, dampaknya masih membekas kuat dalam kehidupan masyarakat Afrika Selatan.
Ketimpangan ekonomi masih sangat terasa, dengan sebagian besar kekayaan tetap dikuasai oleh minoritas kulit putih.
Akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja yang layak bagi masyarakat kulit hitam masih jauh dari merata.
Bayang-bayang sistem lama masih membentuk struktur sosial dan menciptakan ketidakadilan yang seolah diwariskan secara turun-temurun.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
