Gunung Kerinci dan Sosok Uhang Pandak: Antara Mitos, Ketakutan, dan Jejak yang Aneh
Jejak Uhang Pandak: Legenda Mistis dan Misteri Kaki Terbalik di Gunung Kerinci-Foto: net -
PAGARALAMPOS.COM - Kerinci, yang terletak di Provinsi Jambi, kerap dijuluki “Sakti Alam Kerinci” karena memiliki pesona alam yang memikat. Bahkan, daerah ini juga disebut sebagai “Sepenggal Tanah Surga yang Jatuh ke Bumi” karena keindahannya yang luar biasa.
Namun, di balik lanskap alam yang mempesona, wilayah ini juga sarat dengan cerita-cerita mistis yang diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu kisah yang paling mencuri perhatian adalah legenda tentang makhluk misterius bernama "uhang pandak" atau manusia kerdil.
Masyarakat setempat meyakini bahwa uhang pandak bukan sekadar legenda, melainkan wujud dari roh leluhur, yang dalam tradisi mereka disebut sebagai “ninek.”
BACA JUGA:Black Death Pandemi yang Mengubah Sejarah Dunia dan Mengerikan Eropa
BACA JUGA:Gereja Terkoyak Reformasi Luther dan Perpecahan Terbesar dalam Sejarah Kristen
Uhang pandak digambarkan memiliki tubuh yang mirip perpaduan antara manusia dan monyet, dengan tinggi sekitar 50 cm.
Salah satu ciri unik makhluk ini adalah bentuk kakinya yang terbalik, di mana tumit berada di depan dan jari kaki menghadap ke belakang. Sosok ini dikabarkan sering muncul di kawasan hutan Kerinci, terutama di kaki Gunung Kerinci.
Legenda uhang pandak juga menarik perhatian dunia internasional. Seorang jurnalis asal Inggris, Debbie Martyr, yang pernah melakukan penelitian di Taman Nasional Kerinci Seblat antara tahun 1994 hingga 1998, menulis sejumlah laporan tentang makhluk ini.
Menurut pengamatannya, uhang pandak menyerupai orangutan, namun lebih sering berada di daratan dan tidak banyak menghabiskan waktu di pohon.
BACA JUGA:Renaissance Lonceng Kebangkitan Eropa yang Mengubah Sejarah Dunia
Banyak saksi yang mengklaim pernah melihat makhluk berbulu ini dengan tinggi antara 85 hingga 130 cm, berjalan tegap dan kadang membawa alat berburu seperti tombak.
Keberadaan uhang pandak bahkan sudah tercatat sejak lama, termasuk dalam catatan penjelajah Marco Polo pada tahun 1292, yang menyebutkan jejak makhluk misterius di Asia.
Pada 1923, seorang ahli zoologi bernama Van Heerwarden juga melaporkan penemuan makhluk berbulu kecil dengan wajah tua, berbeda dari primata yang dikenal saat ini.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
