Memahami Sejarah Upacara Bakar Batu di Papua: Simbol Persatuan dan Rasa Syukur!
emahami Sejarah Upacara Bakar Batu di Papua: Simbol Persatuan dan Rasa Syukur!-net:foto-
Semua elemen yang terlibat—mulai dari api, batu, tanah, hingga daun yang membungkus makanan—mewakili keselarasan antara manusia dan alam.
BACA JUGA:Sejarah dan Misteri Situs Waruga Sawangan: Jejak Leluhur Minahasa yang Sarat Makna dan Kisah Mistis!
Ada yang mengumpulkan kayu, mencari batu, menyiapkan makanan, hingga membantu mengatur proses masak. Semua dilakukan bersama, tanpa memandang status atau perbedaan suku.
Proses Pelaksanaan Upacara
Pelaksanaan upacara Bakar Batu dimulai dengan mengumpulkan batu-batu sungai yang keras dan tahan panas.
Batu-batu ini kemudian ditumpuk di atas tumpukan kayu dan dibakar hingga mencapai suhu tinggi.
Sementara batu dibakar, warga menyiapkan berbagai bahan makanan seperti ubi, singkong, sayuran, dan daging—biasanya daging babi, atau di beberapa daerah bisa diganti dengan ayam.
Setelah batu cukup panas, lubang di tanah yang telah disiapkan sebelumnya dilapisi dengan daun, kemudian batu panas disusun di dasar lubang.
BACA JUGA:Lanskap Sejarah: Menelusuri Jejak Kolonial di Benteng Van Den Bosch, Ngawi!
Bahan makanan dimasukkan secara berlapis-lapis, lalu ditutup kembali dengan daun dan batu panas, dan ditimbun dengan tanah agar proses pengasapan dan pemasakan berlangsung sempurna.
Proses memasak bisa memakan waktu berjam-jam. Setelah matang, makanan akan dibagikan secara merata kepada seluruh peserta, tanpa terkecuali.
Pembagian ini dilakukan dengan adil, mencerminkan prinsip kebersamaan dan keadilan sosial dalam budaya lokal.
Transformasi dan Pelestarian
Pemerintah daerah dan berbagai lembaga budaya juga mendorong pelestarian tradisi ini melalui pendidikan dan promosi pariwisata.
BACA JUGA:Segitiga Bermuda: Mengungkap Sejarah dan Misteri di Balik Hilangnya Kapal dan Pesawat!
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
