Pendudukan Singkat, Derita Panjang Begini Gelapnya Masa Jepang di Indonesia
--
BACA JUGA:Sejarah Candi Kalibukbuk: Menelusuri Jejak Hindu Kuno di Bali Utara yang Terlupakan!
Sekolah-sekolah ditutup atau diarahkan untuk indoktrinasi.
Bahasa Jepang diwajibkan.
Lagu kebangsaan Indonesia dilarang dinyanyikan.
Bendera Merah Putih tak boleh dikibarkan.
BACA JUGA:Misteri Tunggul Ametung: Legenda dan Sejarah yang Menyimpan Banyak Pertanyaan!
Semua identitas nasional dikikis, diganti dengan semboyan loyalitas pada Kaisar Hirohito.
Jepang memang tidak berkuasa lama, tetapi mereka mengakar dalam memori kolektif bangsa dengan luka yang dalam.
Namun, ironisnya, di tengah kekejaman itu, benih kemerdekaan justru tumbuh.
Jepang sadar bahwa mereka butuh dukungan rakyat untuk bertahan dari serangan Sekutu.
BACA JUGA:Menguak Sejarah Candi Bojongmenje: Jejak Peradaban Kuno di Tanah
Maka para pemimpin nasional diberi ruang terbatas, tentu saja untuk bergerak. Organisasi-organisasi semacam Jawa Hokokai dan BPUPKI dibentuk, memberi panggung bagi para tokoh pergerakan untuk menyusun fondasi negara masa depan.
Dalam ruang sempit itulah Soekarno, Hatta, Supomo, dan Muhammad Yamin menggagas dasar-dasar konstitusi.
Jepang runtuh pada Agustus 1945, menyerah tanpa syarat setelah bom atom meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki.
BACA JUGA:Menyikapi Sejarah Candi Banyunibo: Jejak Keagungan Agama Buddha di Tanah Jawa!
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
