Terungkap Jejak Islam Abad 13 di Nusantara yang Mengubah Sejarah Bangsa
--
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah dan Warisan Budaya di Museum Lampung Ruwa Jurai: Penjaga Identitas Lampung!
Mereka tak menaklukkan dengan pedang, tapi menyentuh hati dengan etika bisnis yang adil, pergaulan yang santun, serta cerita-cerita moral dari Timur Tengah.
Mengapa Islam bisa begitu diterima di Nusantara?
Jawabannya tidak sesederhana satu kalimat.
Islam datang ke tanah ini tidak sebagai agama asing, melainkan diserap dalam kearifan lokal.
Islam tidak memaksa untuk mengubah budaya, tetapi mendorong untuk menyesuaikannya dengannya.
Wali Songo di Jawa, yang baru aktif sekitar dua abad kemudian, adalah contoh paling masyhur dari strategi dakwah yang inklusif dan penuh kreativitas.
Kembali ke abad ke-13, transformasi itu terlihat jelas dari artefak-artefak yang ditemukan. Batu nisan Sultan Malik al-Saleh yang ditemukan di Aceh memiliki inskripsi Arab dengan gaya Persia, menunjukkan jaringan luas dunia Islam saat itu.
Ini bukan sekadar perpindahan keyakinan, tapi juga pertukaran intelektual dan artistik.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Candi Jawar: Warisan Megah di Lereng Gunung Semeru!
Di sisi timur, pengaruh Islam mulai terasa di pesisir Kalimantan dan Sulawesi melalui rute dagang yang menjalin simpul-simpul baru.
Meski belum sekuat di barat Sumatra, benih-benih itu kelak akan tumbuh menjadi kerajaan-kerajaan Islam seperti Kutai Kartanegara dan Gowa-Tallo.
Yang menarik, penyebaran Islam pada masa itu tidak hanya bersandar pada raja dan pedagang. Peran para sufi sangat vital.
Mereka adalah para penjelajah spiritual yang menyebarkan Islam melalui tarekat, zikir, dan pendekatan personal yang menyentuh nurani.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
