Menggali Kembali Sejarah Kebaya Kartini: Simbol Emansipasi dan Identitas Perempuan Indonesia!
Menggali Kembali Sejarah Kebaya Kartini: Simbol Emansipasi dan Identitas Perempuan Indonesia!-net: foto-
PAGARALAMPOS.COM - Kebaya Kartini bukan sekadar sehelai kain indah yang dikenakan perempuan Jawa.
Di balik setiap lipatan dan bordiran halusnya, tersimpan sejarah panjang perjuangan dan identitas perempuan Indonesia.
Kebaya ini erat kaitannya dengan sosok Raden Ajeng Kartini, pahlawan emansipasi wanita yang gagasannya telah melampaui zamannya.
Melalui busana ini pula, Kartini menyampaikan pesan bahwa perempuan bisa tampil anggun tanpa kehilangan kekuatan dan kecerdasannya.
BACA JUGA:Sejarah Hari Kartini: Mengenang Perjuangan Sang Pelopor Emansipasi Wanita Indonesia!
Asal-usul Kebaya dan Perkembangannya
Kebaya sendiri bukan pakaian asli Jawa, melainkan hasil akulturasi budaya antara bangsa asing dan budaya lokal. Istilah “kebaya” diyakini berasal dari kata Arab “abaya” yang berarti pakaian panjang.
Seiring masuknya budaya Arab, Tionghoa, dan Eropa ke Nusantara, busana kebaya kemudian mengalami berbagai penyesuaian.
Pada masa Kerajaan Majapahit dan masa awal kolonialisme Belanda, perempuan bangsawan Jawa mulai mengenakan kebaya sebagai simbol status sosial.
Bentuknya pun lebih tertutup dan dibuat dari kain berkualitas tinggi seperti sutra atau beludru.
Namun seiring waktu, kebaya menjadi pakaian yang lebih inklusif dan digunakan oleh berbagai kalangan, dari bangsawan hingga rakyat biasa.
Kartini dan Transformasi Kebaya
Raden Ajeng Kartini, yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara, tumbuh dalam lingkungan keluarga bangsawan Jawa yang taat adat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
