Terungkap, Kenapa Minangkabau Menganut Sistem Matrilineal? Inilah Akar Sejarahnya

PAGARALAMPOS.CO- Suku Minangkabau adalah salah satu komunitas etnis terbesar di Indonesia yang berakar dari wilayah Sumatera Barat.

Kelompok masyarakat ini terkenal karena sistem kekerabatan yang tidak biasa, yakni matrilineal, di mana silsilah keluarga diturunkan dari garis ibu.

Keunikan masyarakat Minangkabau terletak pada sistem ini, yang membedakannya dari mayoritas kelompok etnis lain di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia.

Tetapi, keistimewaan Minangkabau tidak hanya terletak pada sistem sosialnya. Sejarah panjang yang membentuk jati diri mereka juga menjadi bagian penting dari kekayaan budayanya.

BACA JUGA:Mengapa Suku Aneuk Jamee di Pesisir Barat Aceh Unik? Temukan Informasinya di Sini!

Berdasarkan berbagai cerita rakyat dan kajian sejarah lokal, leluhur masyarakat Minang diyakini berasal dari wilayah sekitar Gunung Marapi sebuah gunung berapi yang masih aktif dan memiliki makna spiritual yang mendalam bagi penduduk setempat.

Di sekitar kawasan inilah awal mula kerajaan-kerajaan kecil berdiri, yang kemudian menjadi pusat lahirnya budaya Minangkabau. Salah satu kisah legendaris yang melekat erat dengan identitas suku ini adalah asal mula nama “Minangkabau”.

Menurut kisah rakyat, nama Minangkabau diyakini berasal dari gabungan kata 'menang' dan 'kabau' (kerbau),

terinspirasi dari sebuah legenda tentang masyarakat Minang yang berhasil mengatasi tantangan dari pasukan Majapahit melalui adu kerbau, bukan lewat pertempuran bersenjata. 

BACA JUGA:Jejak Sejarah Kerajaan Pajajaran dan Daftar Raja yang Pernah Berkuasa

Sejarah Minangkabau Berdasarkan Kajian Ilmiah dan Tambo

Sejarah panjang Minangkabau telah menarik perhatian banyak sejarawan dan peneliti.

Meski pendapat mereka beragam, sebagian besar sejarawan sepakat membagi perjalanan sejarah Minangkabau ke dalam beberapa periode besar: masa pra-Masehi, era Minangkabau Timur, serta masa kejayaan Kerajaan Pagaruyung.

Dalam buku Sejarah Minangkabau yang ditulis oleh MD Mansur dan rekan-rekannya,

Sumber: