Pemkot PGA

Kawin Tangkap di Sumba: Antara Warisan Leluhur dan Kontroversi Masa Kini

Kawin Tangkap di Sumba: Antara Warisan Leluhur dan Kontroversi Masa Kini

Kawin Tangkap di Sumba: Antara Tradisi, Budaya, dan Realitas Sosial-Foto: net -

Kontroversi dan Tantangan Modern

Meskipun diwarisi sebagai bagian dari budaya, praktik kawin tangkap menuai kritik, terutama dari Komnas Perempuan dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA).

Mereka menilai praktik ini dapat merugikan perempuan dan mengarah pada pemaksaan pernikahan, yang bertentangan dengan prinsip kesetaraan gender dan hak asasi manusia.

Pada tahun 2020, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, berdialog dengan berbagai pihak di Sumba untuk mencari solusi atas praktik ini.

BACA JUGA:Sejarah Gua Tewet: Mengungkap Warisan Seni Cadas Prasejarah di Kalimantan Timur!

BACA JUGA:Meyikapi Kisah Sejarah Gua Lawa: Jejak Alam dan Budaya di Perut Bumi!

Kesepakatan yang dicapai menekankan perlindungan terhadap perempuan serta pemulangan mereka ke keluarga jika tidak ada persetujuan dalam pernikahan.

Beberapa tokoh adat dan agama di Sumba juga mulai menolak istilah "kawin tangkap" dan mendukung upaya perlindungan terhadap perempuan.

Seiring dengan perubahan zaman, tradisi ini kini berada di persimpangan antara pelestarian budaya dan tuntutan perlindungan hak perempuan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait