Suku Mee Papua: Cerita Leluhur, Tradisi Pegunungan, dan Keunikan Budaya yang Terjaga
Suku Mee Papua: Cerita Leluhur, Tradisi Pegunungan, dan Keunikan Budaya yang Terjaga-Foto: net -
PAGARALAMPOS.COM - Suku Mee—dikenal juga dengan sebutan Ekagi atau Ekari—merupakan salah satu kelompok etnis terbesar di wilayah pegunungan tengah Papua.
Masyarakat ini menetap di sekitar Kabupaten Paniai dan Dogiyai, dan dikenal luas karena kearifan adat, kedekatan dengan alam, serta kekayaan tradisi yang masih lestari hingga kini.
Jejak Asal Usul dan Persebaran
Keberadaan Suku Mee diyakini telah berakar sejak ribuan tahun silam. Dalam kajian antropologi, mereka tergolong dalam rumpun etnolinguistik Papua Tengah.
Istilah Mee sendiri bermakna “manusia” dalam bahasa lokal, sedangkan “Mee Pago” mengacu pada identitas masyarakat Mee yang berada di bagian barat wilayah pegunungan Papua.
Suku ini mendiami daerah sekitar Danau Paniai—wilayah dengan tanah subur yang sangat mendukung kehidupan agraris.
BACA JUGA:Jejak Budaya Maluku di Museum Siwalima: Dari Koleksi Sejarah hingga Kearifan Lokal
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Bajo: Pengembara Laut dari Masa ke Masa!
BACA JUGA:Sejarah Bukit Karst: Jejak Geologi Purba, Warisan Alam, dan Budaya yang Terancam!
Mereka hidup dalam komunitas kecil yang erat secara sosial dan menjunjung tinggi nilai gotong royong serta adat warisan leluhur.
Struktur Sosial dan Pola Kepemimpinan
Sistem sosial dalam masyarakat Mee dibangun di atas asas kebersamaan dan adat. Seorang pemimpin adat, biasanya dipilih karena kebijaksanaan dan perannya seagai penengah konflik serta pelaksana upacara spiritual.
Selain itu, masyarakat Mee terbagi dalam klan atau marga. Setiap marga memiliki peran serta tanggung jawab tersendiri dalam menjaga keseimbangan sosial, ekonomi, maupun budaya komunitas.
Sistem ini menguatkan rasa saling ketergantungan dan menjaga harmoni dalam kehidupan sehari-hari.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
