Menelusuri Sejarah Suku Kajang: yang Memiliki Karakteristik khas!

Menelusuri Sejarah Suku Kajang: yang Memiliki Karakteristik khas!-net: foto-
PAGARALAMPOS.COM - Pada Pulau Sulawesi tepatnya di Bulukumba adalah kabupaten yg terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan.
banyak terdapat daerah wisata yg mampu pada kunjungi seperti Pantai Marumasa, Pantai Tanjung Bira serta lain lain. namun pada kedalaman Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Jaraknya kurang lebih 60 kilometer asal sentra kota Bulukumba, terdapat suku yang di kenal memiliki ilmu mistisnya. suku kajang adalah suku tertua yg terdapat di Desa Tana Toa.
Suku Ammatoa atau Suku Kajang tersebut merupakan suku yang mengasihi berbagai alam. Kecintaan Suku Kajang kepada lingkungan disebabkan Suku Kajang yang menduga hutan selayaknya bunda sendiri, sebab maka adalah sosok yg dihormati dan dilindungi.
BACA JUGA:Jejak Sejarah Manusia Purbakala: Penemuan Fosil dan Artefak Manusia Purbakala!
Karakteristik khas yg ada di Suku Kajang ini ialah sandang yang dikenakan oleh Suku Kajang, Suku kajang selalu menggunakan sandang berwarna hitam dan tidak menggunakan alas kaki.
Bila terdapat wisatawan yg ingin berkunjung maka pakaian yang diwajibkan menggunakan sandang berwarna hitam. karena menurut Suku Kajang rona hitam mempunyai makna persamaan, persatuan dalam segala hal, serta kesederhanaan.
Semua hitam merupakan sama. rona hitam juga memberikan kekuatan dan juga derajat di mata oleh pemilik jagat. kesamaan yang terkandung pada warna ini juga pada menyikapi perihal kondisi lingkungan.
Terutama kelestarian hutan yang harus dijaga sebab artinya sumber asal kehidupan. Dilansir berasal netralnews
BACA JUGA:Sejarah Rumah Adat Kasepuhan: Fakta Unik, yang Dibangun Oleh Seorang Raja Bernama Pangeran Cakrabuana!
Suku Kajang mempunyai banyak ritual unik dan membahayakan, galat satunya artinya “attunu panroli” Rampe (42) salah seseorang anggota Suku Kajang yg berdomisili di Moncongloe Kabupaten Maros, Sulsel berkata ritual ini umumnya dilakukan waktu terdapat problem.
Antara lain terjadi masalah pencurian di tengah pemukiman rakyat adat. Ritual ini dilakukan dengan cara memegang linggis yg telah dibakar merah membara sebagai wadah mengetes kejujuran masyarakatnya.
Semua warga harus kumpul tanpa terkecuali meraka yg telah diduga menjadi pelaku pencurian di sebuah lapangan kawasan upacara istiadat itu digelar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: