Gunung Tangkuban Parahu: Mengungkap Legenda Sangkuriang dan Keajaiban Alam yang Memikat

Gunung Tangkuban Parahu: Mengungkap Legenda Sangkuriang dan Keajaiban Alam yang Memikat

Gunung Tangkuban Parahu: Mengungkap Legenda Sangkuriang dan Keajaiban Alam yang Memikat-Foto: net-

PAGARALAMPOS.COM - Gunung Tangkuban Parahu, terletak di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, adalah salah satu gunung berapi yang memikat perhatian banyak orang.

Dengan ketinggian sekitar 2.084 meter di atas permukaan laut, gunung ini menawarkan panorama alam yang menawan, dikelilingi oleh hutan pinus yang rimbun dan kebun teh yang luas.

Sebagai stratovulcano, Gunung Tangkuban Parahu memiliki keunikan geologis tersendiri, termasuk perubahan posisi pusat letusannya dari arah timur ke barat.

Gunung ini juga memiliki keterkaitan dengan legenda lokal yang terkenal di masyarakat setempat.

Cerita legendaris tentang Sangkuriang, seorang pemuda yang tanpa sadar jatuh cinta pada ibunya, Dayang Sumbi, menjadi bagian penting dari sejarah gunung ini.

Untuk menggagalkan niat Sangkuriang yang ingin menikahinya, Dayang Sumbi memberikan tantangan: membangun sebuah telaga dan perahu dalam satu malam.

Ketika Sangkuriang gagal memenuhi tantangan tersebut, ia marah dan menendang perahu hingga terbalik, menciptakan bentuk Gunung Tangkuban Parahu yang sekarang kita lihat.

Gunung ini terbentuk sekitar 90.000 tahun yang lalu dalam Kaldera Sunda, dan tergolong relatif muda dibandingkan dengan Gunung Burangrang di sebelah baratnya yang terbentuk antara 210.000 hingga 105.000 tahun lalu.

Pembentukan gunung ini dipengaruhi oleh aktivitas Sesar Lembang yang berdampak pada pola letusan dan karakteristik geologisnya.

Sebagai gunung berapi aktif, Gunung Tangkuban Parahu selalu berada dalam pengawasan Direktorat Vulkanologi Indonesia.

Kawah-kawah di gunung ini menunjukkan tanda-tanda aktivitas, seperti keluarnya gas belerang dan adanya sumber air panas di kawasan Ciater, Subang.

Gunung ini telah mengalami beberapa letusan, termasuk letusan besar pada tahun 1896 dan yang terakhir pada tahun 2006, yang menyebabkan beberapa orang mengalami luka ringan.

Topografi Bandung yang dikelilingi bukit dan gunung mendukung teori tentang adanya danau besar di masa lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: