Volatilitas Harga Bitcoin Kembali Guncang Pasar, Tantangan dan Faktor Global Memicu Penurunan

Volatilitas Harga Bitcoin Kembali Guncang Pasar, Tantangan dan Faktor Global Memicu Penurunan

Volatilitas Harga Bitcoin Kembali Guncang Pasar, Tantangan dan Faktor Global Memicu Penurunan--

PAGARALAMPOS.COM - Harga Bitcoin (BTC) kembali mengalami volatilitas yang signifikan dalam beberapa hari terakhir, menarik perhatian para pelaku pasar di seluruh dunia. 

Antara tanggal 16 hingga 18 Agustus, harga Bitcoin sempat menunjukkan tanda-tanda kebangkitan dengan mencatat kenaikan sebesar 4,3 persen. 

Kenaikan ini membawa harga Bitcoin mendekati level resistensi penting di angka US$ 60.000, sebuah pencapaian yang sangat dinanti oleh para investor dan analis. 

Namun, harapan tersebut tak bertahan lama, karena harga Bitcoin kembali merosot ke angka US$ 58.500 pada 19 Agustus, berdasarkan laporan terbaru dari Cointelegraph di platform X.

BACA JUGA:Bitcoin Kembali Menguat, Tapi Trader Terkemuka Peringatkan Ancaman di Balik Kenaikan Harga

Penurunan harga Bitcoin ini terjadi di tengah kondisi di mana aset-aset tradisional seperti S&P 500 dan emas justru mendekati rekor tertingginya. 

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan analis dan investor mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada Bitcoin dan pasar mata uang kripto secara keseluruhan.

Pengaruh Kebijakan Suku Bunga Jepang dan Penguatan Yen

Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan harga Bitcoin adalah perubahan kebijakan suku bunga di Jepang. 

Kebijakan ini menjadi perhatian serius para investor, terutama setelah Bank of Japan memutuskan untuk menaikkan suku bunga. 

BACA JUGA:Lonjakan Investasi Institusi pada ETF Bitcoin Menandai Tren Utama di Tahun 2024

Kenaikan suku bunga ini memicu para investor untuk mengurangi investasi mereka di Bitcoin, yang dipandang sebagai aset berisiko dalam kondisi suku bunga yang tinggi.

Selain itu, penguatan Yen Jepang sejak bulan Juli lalu juga memberikan tekanan tambahan pada harga Bitcoin. 

Yen yang menguat membuat para investor lebih memilih memegang mata uang yang lebih stabil daripada berinvestasi di aset berisiko tinggi seperti Bitcoin. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: