Apa Pelajaran dari Peristiwa Puputan Klungkung untuk Generasi Kini? Ini Ulasannya

Apa Pelajaran dari Peristiwa Puputan Klungkung untuk Generasi Kini? Ini Ulasannya

Peristiwa Puputan Klungkung-Kolase by Pagaralampos.com-net

BACA JUGA:Mengapa Perang Puputan Menjadi Simbol Perlawanan? Ternyata Ini Alasannya!

Pada 20 April 1908, sehari sebelum tenggat waktu ultimatum, pemerintah kolonial di Batavia mengirimkan pasukan tambahan untuk menyerang Klungkung.

Pasukan Klungkung yang dipimpin oleh Raja Dewa Agung Jambe II hanya bermodalkan tombak dan senjata tradisional lainnya, sedangkan pasukan Belanda dilengkapi dengan meriam kaliber 13 dan 15 cm. 

Pertempuran sengit terjadi, namun laskar Klungkung akhirnya tidak mampu menahan gempuran pasukan Belanda. 

Pada 21 April 1908, Istana Semarapura, Gelgel, dan Satria dibombardir selama enam hari berturut-turut oleh serdadu kolonial.

BACA JUGA:Strategi Perang Diponegoro: Kekuatan Bandit dan Jebakan Bambu dalam Konflik Sejarah

Pada 27 April 1908, pasukan tambahan Belanda dari Batavia tiba di Desa Kusamba dan Jumpai, memperkuat barisan mereka dan semakin mendekati Klungkung. 

Meskipun perlawanan rakyat Bali sangat kuat, mereka tetap kalah dalam persenjataan. 

Pasukan kolonial akhirnya mengepung Istana Semarapura, jantung kekuasaan Kerajaan Klungkung.

Berita duka datang dari medan pertempuran, Cokorda Gelgel, Dewa Agung Gde Semarabawa, Dewa Agung Muter, dan putra mahkota kerajaan gugur dalam upaya mempertahankan istana. 

BACA JUGA:Mengunkap Misteri, Sosok Ini yang Disebut-sebut Sebagai Pahlawan Menuju Kejayaan Indonesia Menurut Jayabaya

Meski mendengar kabar ini, Raja Dewa Agung Jambe II tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun. 

Sebaliknya, dia memutuskan untuk menjalankan dharmaning ksatria, yaitu kewajiban tertinggi seorang ksatria untuk mati dalam pertempuran demi mempertahankan kehormatan dan tanah airnya.

Pada 28 April 1908, Raja Dewa Agung Jambe II bersama 3.000 laskar Klungkung maju ke medan perang. Mereka berjuang dengan gagah berani, namun akhirnya harus menyerah pada kekuatan besar pasukan Belanda.

Sore itu, ratusan prajurit dan rakyat Klungkung, termasuk Raja Dewa Agung Jambe II, gugur dalam hujan peluru. Kerajaan Klungkung pun jatuh ke tangan kolonial Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: