Mengapa Perang Puputan Menjadi Simbol Perlawanan? Ternyata Ini Alasannya!
Perang Puputan di Bali-Kolase by Pagaralampos.com-net
BALI, PAGARALAMPOS.COM - BALI, sebuah pulau yang dikenal dengan keindahannya, juga menyimpan sejarah perjuangan yang penuh heroisme.
Tercatat dalam sejarah bahwa rakyat Bali mengalami lima kali perang puputan, sebuah tradisi perlawanan bersenjata habis-habisan sampai titik darah penghabisan demi kehormatan tanah air.
Perang puputan ini tidak hanya melibatkan raja dan prajuritnya, tetapi juga seluruh rakyat, dari berbagai kasta, laki-laki dan perempuan.
Tradisi ini memperlihatkan betapa kuatnya semangat patriotisme yang ada dalam jiwa masyarakat Bali saat itu.
BACA JUGA:Kisah Pertempuran Palembang: Konflik Besar Antara Sekutu dan Jepang di Masa Perang Dunia II
Apa Itu Puputan?
Menurut Wikipedia, puputan adalah tradisi masyarakat Bali yang berarti perlawanan bersenjata hingga mati demi kehormatan tanah air.
Istilah "puputan" berasal dari kata "puput" yang berarti tanggal, putus, habis, atau mati.
Dalam konteks sejarah Bali, puputan adalah perang sampai mati yang melibatkan seluruh warga kerajaan, tanpa memandang jenis kelamin atau usia.
BACA JUGA:Mengungkap Pertarungan Epik: Perang Majapahit dan Pajajaran dalam Sejarah Nusantara
Mereka yang cukup umur wajib ikut berperang, sementara yang tidak ingin terlibat diharapkan meninggalkan wilayah sebelum perang dimulai.
Sebelum berangkat ke medan perang, setiap orang diharuskan melakukan persembahyangan di pura keluarga (Pura Pemerajan) untuk mohon diri atau "Mapamit" pergi ke alam keabadian.
Kesadaran akan kekuatan musuh yang tak tertandingi tidak menyurutkan semangat mereka.
Sebaliknya, keberanian dan tekad untuk mati demi tanah air menjadi kekuatan utama dalam perang puputan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: