Perempuan Perempuan Hebat Dalam Sejarah Kerajaan Jawa Kuno
Foto : Ilustrasi--National geographic
Di Jawa kuno, perempuan mempunyai kekuasaan lebih besar dibandingkan suami dalam ranah monarki.
Salah satunya adalah Sri Rajapatni Gayatri sepeninggal suaminya Raden Wijaya. Meski Gayatri tidak pernah menjadi penguasa, namun perannya di Istana Majapahit sangat penting bagi kerajaan.
Menurut Negarakerutagama karya Mpu Prapanka, diadaptasi dari buku harian Agus Aris Munandar berjudul ``Status dan Peran Wanita di Jawa Kuno.''
Pada masa Majapahit, Majapahit memberontak terhadap pemerintahan raja kedua Jayanagara.
BACA JUGA:Sejarah Bangkai Kapal Batavia, Karam Akibat Kebrutalan Bajak Laut
Terjadi pemberontakan dipimpin oleh Ra Kuti, dan raja melarikan diri ke Dewayar bersama tentara Bayankara yang dipimpin oleh Gajah Mada.
Ketika pemberontak menduduki Kedaton, mereka tidak menghancurkannya. Sebab Kedaton masih berhubungan dengan raja.
Salah satu yang selamat dari Kedaton adalah Gayatri, istri pendiri kerajaan. Akibatnya, La Kuti dan para pemberontaknya ragu-ragu terhadap Gayatri dan tidak mampu menguasai Majapahit karena Gayatri mempunyai lambang kekuasaan Majapahit.
Contoh lain dari catatan harian Ufi Saraswati adalah ketika Wickramardana mengeluarkan prasasti Patapan II dan prasasti Karan Bogem, prasasti tersebut menggunakan simbol dari wilayah Lasem, wilayah kekuasaan istrinya Kusumawardhani.
BACA JUGA:Terungkap, Kapal Nusantara Sudah Jelajahi Dunia Sebelum Kedatangan Eropa
Meskipun Wickramardana adalah raja Majapahit, penggunaan simbol ini mencerminkan bahwa Kusumawardani lebih berkuasa dari suaminya.
Sejarah mencatat keberanian perempuan sebagai pemimpin kerajaan pada masa Jawa Kuno. Berdasarkan berita Tiongkok pada abad ke 7 dan 8 Masehi, Kerajaan Kalinga yang dipimpin oleh Ratu Sima dianggap sebagai kerajaan yang sangat berkuasa pada masa Dinasti Tang.
Berdasarkan berita tersebut, suku Ta-Shi yang mencoba menyerang Kalinga pada tahun 674 M membatalkan rencana mereka karena kekuatan Kalinga.
Tokoh perempuan lainnya juga menghiasi sejarah kerajaan Jawa kuno, seperti Ishana Tungawijaya, Tribwana Tungadewi (Dia Gitarja) kerajaan Mataram kuno, dan Dia Suhita dari Majapahit.
BACA JUGA:Keunikan dan Kehidupan Masyarakat Minoritas di Jambi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: