Suku Bajo: Dari Malaysia ke Filipina, Menelusuri Jejak Sejarah dan Budaya Maritim

Suku Bajo: Dari Malaysia ke Filipina, Menelusuri Jejak Sejarah dan Budaya Maritim

uku Bajo: Dari Malaysia ke Filipina, Menelusuri Jejak Sejarah dan Budaya Maritim-Foto: net-

"Sebenarnya, suku Bajo merupakan bagian dari kelompok etnis di Asia Tenggara yang memiliki hubungan erat dengan laut sebagai entitas," ujarnya.

Ada beberapa mitos mengenai asal-usul suku Bajo. Salah satunya mengisahkan bahwa mereka adalah keturunan dari Johor di Malaysia yang dikirim oleh rajanya untuk mencari seorang putri yang hilang, dan akhirnya menetap di wilayah timur Indonesia setelah pencarian tersebut.

BACA JUGA:Masih Hits, Inilah 8 Wisata Air Terjun yang Punya Keindahan Memukau di Lampung

BACA JUGA:Jelajahi 9 Kolam Pemandian Air Panas Terbaik di Sekitar Bandung, Wisata yang Cocok Menyegarkan Tubuh

Versi lain mengisahkan bahwa putri tersebut menikah dengan Raja Bone di Sulawesi Selatan, sehingga suku Bajo menetap di sana bersama penduduk lokal.

Ada juga versi yang mengatakan bahwa suku Bajo dari Johor tidak menemukan putri yang hilang, sehingga mereka tinggal di Gorontalo dan Kepulauan Togean di Teluk Tomini.

Suku Bajo diperkirakan telah berada di Indonesia sejak sekitar 2.000 tahun lalu. Mereka berhubungan erat dengan komunitas Bajo di Filipina dan Malaysia menggunakan bahasa Sama, yang mirip dengan bahasa Bugis.

Sebagai komunitas pesisir, mereka menganut agama Islam sambil mempraktikkan beberapa kepercayaan lokal, termasuk dalam bidang pengobatan.

BACA JUGA:Pesona Pantai di Lampung Selatan, Liburan Hemat, Tiket Masuknya Cuma 10.000an

BACA JUGA:Wisata Memanjakan Lidah di Payakumbuh, Ada Kuliner Minang Yang Bikin Ngiler

Tasrifin menambahkan bahwa hingga saat ini belum ada penjelasan pasti mengenai asal-usul suku Bajo, karena mereka hidup di laut dan perahu.

Suku Bajo sering menghadapi pengusiran karena banyak anggotanya lahir tanpa dokumen kewarganegaraan, sehingga dianggap sebagai migran gelap.

Mereka sering dipandang sebagai kelompok yang tidak memiliki pengakuan tanah ulayat dibandingkan dengan etnis lain.

Tasrifin berharap agar negara-negara tempat suku Bajo tinggal dapat memberikan pengakuan hukum terhadap hak-hak mereka sebagai komunitas maritim. "Negara seharusnya memberikan ruang bagi ekspresi budaya suku Bajo yang dikenal sebagai pewaris budaya maritim," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: