Dugaan Jokowi Masukkan Empat Nama ke Kabinet Prabowo Memicu Kontroversi
Dugaan Jokowi Masukkan Empat Nama ke Kabinet Prabowo Memicu Kontroversi--
PAGARALAMPOS.COM - Pernyataan baru-baru ini oleh pakar hukum tata negara, Refly Harun, telah menimbulkan badai politik, menyarankan bahwa Presiden Joko Widodo, yang lebih dikenal sebagai Jokowi, mungkin mengatur penempatan empat ajudan kunci ke dalam kabinet yang akan datang dari Presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Klaim-klaim ini, jika terbukti, dapat mengubah dinamika lanskap politik Indonesia, memunculkan pertanyaan tentang aliansi kekuasaan dan peran hubungan keluarga dalam pemerintahan.
Pernyataan Refly Harun, yang dibuat selama siaran di program Gaspol Kompas.com, menerangi manuver yang diduga terjadi di koridor-koridor kekuasaan.
Menurut Harun, Presiden Jokowi diduga menganjurkan untuk memasukkan empat individu—Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, dan Kepala Kepolisian Jenderal Listyo Sigit Prabowo—ke dalam kabinet Prabowo.
Harun menyatakan bahwa motivasi Jokowi berasal dari keinginan untuk mempertahankan individu yang diduga telah berkontribusi secara signifikan kepada pemerintahannya, terutama selama kampanye pencalonannya dalam pemilihan presiden tahun 2024.
Langkah yang diduga ini telah memunculkan spekulasi dan memunculkan kecurigaan di antara para pengamat politik, karena hal tersebut berpotensi menandakan konsolidasi kekuasaan atau negosiasi strategis antara pemerintahan saat ini dan yang akan datang.
Pernyataan Harun menekankan keberadaan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, dalam susunan kabinet yang diantisipasi, yang merupakan penyimpangan dari harapan tradisional tentang keterlibatan keluarga dalam politik Indonesia.
Keterlibatan tersebut juga menjadi sorotan dari beberapa insiden di mana Presiden terpilih Prabowo dikabarkan mengesampingkan Gibran dari pertemuan diplomatik penting dan pertemuan politik, memilih untuk berkomunikasi langsung dengan Jokowi.
BACA JUGA:Ramai Bully Guru usai Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Begini Tanggapan Kemendikbud!
Harun menyoroti kejadian-kejadian seperti kunjungan Prabowo ke Tiongkok untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping dan pertemuan dengan tokoh politik kunci, di mana Gibran secara mencolok tidak hadir.
Kejadian-kejadian tersebut, menurut Harun, menunjukkan manuver politik yang disengaja oleh Prabowo pasca-pemilihan, dengan potensi untuk mengesampingkan Gibran demi komunikasi langsung dengan Jokowi.
Implikasi dari negosiasi yang diduga ini melampaui sekadar intrik politik.
Mereka menimbulkan pertanyaan mendasar tentang prinsip-prinsip demokratis dan mandat yang dipercayakan kepada pejabat terpilih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: