Mengenal Sejarah Kerajaan Tumapel yang Menyimpan Kisah Tragis
Mengenal Sejarah Kerajaan Tumapel yang Menyimpan Kisah Tragis -Foto: net-
PAGARALAMPOS.COM - Pergantian nama Kerajaan Tumapel menjadi Singasari tidak lepas dari pertumpahan darah. Kerajaan Singasari yang kini berdiri di Malang awalnya dikenal sebagai Kerajaan Tumapel, seperti yang tercatat dalam berbagai bukti sejarah, terutama dalam Kakawin Negarakretagama.
Proses perubahan nama ini melibatkan peristiwa panjang yang menyebabkan kehilangan nyawa dan berbagai tindakan kekerasan, termasuk dalam bentuk peperangan dan pembunuhan. Perubahan ini dimulai setelah pembunuhan Ken Arok oleh Anusapati, putra tirinya.
Pembunuhan ini menjadi awal dari serangkaian tindakan kekerasan yang melibatkan keturunan Ken Arok. Anusapati, anak Tunggul Ametung yang memerintah Tumapel, naik takhta setelah membunuh Ken Arok, ayah tirinya, ketika Tumapel masih menjadi bagian dari Kerajaan Kediri.
Namun, nasib tragis menimpa Anusapati ketika ia tewas oleh keris Mpu Gandring yang ditikamkan oleh Tohjaya saat sedang menggelar sabung ayam, seperti yang diceritakan dalam buku "Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan" karya Muhammad Syamsuddin.
BACA JUGA:Ilmuwan Paling Berpengaruh di Dunia Setelah Nabi Muhammad, Begini Sejarah dan Karya Ishaac Newton
BACA JUGA:Membongkar Konstruksi Sejarah Besemah, Punya Hubungan dengan Fakta dan Mitos Atung Bungsu
Kerajaan Tumapel, yang juga dikenal dengan nama Singhasari, merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri megah di tanah Jawa Timur antara tahun 1222 hingga 1292. Namun, keberadaannya tidak lepas dari kisah-kisah penuh intrik dan perebutan kekuasaan yang mengiringinya.
Kerajaan Tumapel lahir dari keberanian seorang pemberontak bernama Ken Arok, yang dijuluki Bhatara Siwa. Pada tahun 1222, ia berhasil mengalahkan Kerajaan Kadiri yang berkuasa saat itu.
Namun, keputusannya untuk menyerahkan Kadiri kepada putranya, Bhatara Parameswara, menjadi awal dari pertikaian antara para penerus takhta. Ketegangan muncul ketika Anusapati, putra tertua Ken Arok, merasa berhak atas takhta Kadiri.
Konflik internal ini mencapai puncaknya dengan kematian tragis Ken Arok di atas takhtanya sendiri, menurut catatan dalam Prasasti Mula Malurung. Setelah kematiannya, Guningbhaya, adik Bhatara Parameswara, naik takhta di Kadiri. Namun, takhta itu kemudian direbut oleh Tohjaya, kakak Guningbhaya.
BACA JUGA:Menjelajah Sejarah Perkembangan Emas di Sumatera Sejak Zaman Belanda
BACA JUGA:Mengulik 7 Fakta Menarik Tentang Wayang Kulit yang Menyimpan Kisah Bersejarah di Dalamnya
Intrik Pembunuhan Anusapati
Tohjaya, yang merupakan putra Ken Arok dari selir Ken Umang, memiliki dendam terhadap Anusapati karena keyakinannya bahwa Anusapati adalah pembunuh ayah mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: