Sejarah Yakuza di Kekaisaran Jepang, Benarkah Asal Usulnya Samurai
Banyak tekiya berasa dari kelas sosial burakumin, sekelompok orang buangan. Kelompok buangan ini sebenarnya berada di bawah struktur sosial feodal Jepang bertingkat empat, mirip dengan kasta dalit di India.
BACA JUGA:Penelusuran Ilmuwan: Mengenal Lebih Jauh 'Atlantis Jepang' di Yonaguni
Pada awal 1700-an, tekiya mulai mengorganisir diri menjadi kelompok-kelompok yang erat di bawah kepemimpinan bos.
“Kelompok ini kemudian diperkuat oleh buronan dari kelas yang lebih tinggi,” tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtco.
Karena itu, tekiya mulai berpartisipasi dalam kegiatan kejahatan terorganisir yang khas seperti perang antar wilayah.
Tekiya juga kadang berfungsi sebagai “penjaga keamanan” yang melindungi satu wilayah.
BACA JUGA:Kembalinya Teror Hantu Legendaris Jepang dalam Film Sadako DX, ini Sinopsis dan Daftar Pemainnya
Dalam tradisi yang berlanjut hingga hari ini, tekiya sering berfungsi sebagai penjaga keamanan selama festival Shinto. Mereka bahkan menjaga kios di festival dengan imbalan sejumlah uang.
Antara tahun 1735 dan 1749, pemerintahan shogun berusaha meredakan perang geng antara berbagai kelompok tekiya.
Shogun juga mengurangi jumlah penipuan yang dilakukan oleh tekiya dengan menunjuk oyabun atau bos. Jadi bila ada kerusuhan, maka sang oyabun diberi sanksi resmi.
Oyabun diizinkan menggunakan nama keluarga dan membawa pedang. Hal ini merupakan suatu kehormatan yang sebelumnya hanya diperbolehkan bagi samurai.
BACA JUGA:Turis China Memilih Menghindar, Tren Destinasi Wisata Thailand dan Jepang yang Merosot
Oyabun secara harfiah berarti orang tua asuh, menandakan posisi bos sebagai kepala keluarga tekiya mereka.
Kelompok kedua yang memunculkan yakuza adalah bakuto atau penjudi. Perjudian dilarang keras selama masa Tokugawa dan tetap ilegal di Jepang hingga hari ini.
Bakuto pun memutar otak agar bisa terus berjudi. Mereka sering memakai tato warna-warni di sekujur tubuh mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: