Perjuangan Raden Wijaya Menumpas Ribuan Pasukan Mongol, Persekutuan Menaklukkan Kediri, Awal Kisah Majapahit

Perjuangan Raden Wijaya Menumpas Ribuan Pasukan Mongol, Persekutuan Menaklukkan Kediri, Awal Kisah Majapahit

Foto : Raden Wijaya.-Perjuangan Raden Wijaya Menumpas Ribuan Pasukan Mongol, Persekutuan Menaklukkan Kediri, Awal Kisah Majapahit-Google.com

BACA JUGA:Mengenal 5 Suku Asal Sumatera yang Merupakan Keturunan Inilah 5 Suku Asal Sumatera Keturunan Majapahit

Riwayat Raden Wijaya


Foto : Raden Wijaya.-Perjuangan Raden Wijaya Menumpas Ribuan Pasukan Mongol, Persekutuan Menaklukkan Kediri, Awal Kisah Majapahit-Google.com

Menurut Nagarakretagama Raden Wijaya adalah anak dari Dyah Lembu Tal, cucu Mahisa Campaka atau Narasinghamurti.

Kakeknya ini, adalah anak dari Mahisa Wonga Teleng, putra dari Ken Angrok dan Ken Dedes. Ken Angrok atau Sri Ranggah Rajasa adalah pendiri Dinasti Rajasa yang kemudian menurunkan raja-raja Singhasari dan Majapahit.

Naskah ini memuji Lembu Tal sebagai seorang perwira yuda yang gagah berani dan merupakan Ayah dari Raden Wijaya.

Dari genealoginya, Wijaya juga merupakan keponakan Kertanagara, Adapun Kertanagara adalah keturunan dari Anusapati, putra Ken Dedes dan Tunggul Ametung.

BACA JUGA:Disegani Gajah Mada Karena Kesaktiannya? Kerajaan Padjajaran Tak Tertaklukkan Majapahit

Menurut Prasasti Kudadu (1294),tertulis bahwasanya Lembu Tal (ayah raden wijaya) adalah anak Narasinghamurti.

Menurut Prasasti Balawi (1305), Prasasti Sukamerta (1296), dan Kakawin Nagarakretagama, Raden Wijaya menikah dengan empat orang putri Kertanagara, raja terakhir Kerajaan Singhasari, yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri.

Dengan Tribhuwaneswari, Wijaya mempunyai seorang putra bernama, Jayanagara. Dengan Gayatri, Wijaya memperoleh dua putri.

BACA JUGA:Menarik! Inilah Fakta Kenapa Kerajaan Padjajaran Tidak Mampu Dikalahkan Majapahit!

Putri sulung bernama Tribhuwana Wijayatunggadewi. Putri bungsu bernama Rajadewi Maharajasa.

Menurut Nagarakretagama, Raden Dyah Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.[4] Ia dimakamkan di Antahpura dan dicandikan di Simping, Blitar, sebagai Harihara, atau perpaduan Wisnu dan Siwa.

Raden Dyah Wijaya digantikan Jayanagara sebagai raja penerusnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: