Mengulik Bukti Sejarah Peradaban dari Masa Kejayaan Hingga Runtuhnya Kerajaan Pajajaran
Mengulik Bukti Sejarah Peradaban dari Masa Kejayaan Hingga Runtuhnya Kerajaan Pajajaran -Foto: net-
PAGARALAMPOS.COM - Kerajaan Pajajaran adalah kerajaan Hindu terbesar di Pakuan (sekarang Bogor), Jawa Barat.
Kerajaan ini didirikan oleh Sri Jayabhupati pada tahun 923 M dan meliputi sepertiga atau seperdelapan pulau Jawa.
Menurut peta Portugis, ibu kota Kerajaan Pajajaran terletak di wilayah Bogor.
Sedangkan wilayahnya meliputi Jawa Tengah, Jakarta, dan Jawa Barat.
BACA JUGA:5 Handphone Samsung Terbaru 2024, Inovasi dan Kekuatan Teknologi Terbaru
BACA JUGA:Sejarah: Perintah Puasa dan Keutamaan Berpuasa di Bulan Ramadhan
Sejarah terbentuknya kerajaan Pajajaran merupakan kerajaan yang bercorak Hindu. Kerajaan ini diperkirakan didirikan sekitar tahun 923 oleh Sri Jayabhupati.
Dimanakah Kerajaan Pajajaran? Kerajaan ini terletak di kawasan Parahyangan Sunda.
Bagaimana dengan catatan sejarah, awal mula kesuksesan raja, kejatuhannya, kisah hidupnya, silsilah keluarganya, dan warisannya? Simak penjelasannya berikut ini!
Berdirinya Kerajaan Pajajaran
Sejarah Kerajaan Pajajaran tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya, seperti Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda dan Galuh, serta Kawali.
BACA JUGA:Mengulik Sejarah Peradaban Kerajaan Pajajaran Serta Para Raja yang Pernah Berkuasa
Hal ini disebabkan pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut.
Menurut Prasasti Sanghyang Tapak, Raja Sri Jayabhupati mendirikan sebuah kerajaan pada 923 M di Pakuan Pajajaran.
Setelah Sri Jayabhupati, takhta kemudian jatuh ke tangan Rahyang Niskala Wastu Kancana dengan pusat kerajaan berada di Kawali.
Pada 1428, Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi dinobatkan dua kali untuk menerima takhta Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
BACA JUGA:Catatan Sejarah, Begini Silsilah Raja Pajajaran, Kerajaan Tangguh Tak Mampu Dihancurkan Majapahit
Periode terakhir Kerajaan Sunda dan Galuh ini kemudian dikenal sebagai periode Kerajaan Pajajaran dengan pusat pemerintahan kembali ke Pakuan Pajajaran.
Raja-raja Kerajaan Pajajaran Mengenai raja-raja Kerajaan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahyangan, dan Carita Waruga Guru.
Selain Sri Jayabhupati sebagai pendiri, berikut ini beberapa raja yang tercatat pernah memimpin Kerajaan Pajajaran.
Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521 M), bertahta di Pakuan
Surawisesa (1521 – 1535 M), bertahta di Pakuan
Ratu Dewata (1535 – 1543 M), bertahta di Pakuan
Ratu Sakti (1543 – 1551 M), bertahta di Pakuan
Ratu Nilakendra (1551-1567 M), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan
Maulana Yusuf Raga Mulya (1567 – 1579 M), memerintah dari Pandeglang
Masa Keemasan Kerajaan Pajajaran
BACA JUGA:Silsilah Kerajaan Majapahit Dan Pajajaran, Ternyata Begini Kisah Kedua Kerajaan Besar Di Indonesia Ini!
Masa Keemasan Kerajaan Pajajaran dapat dicapai pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi yang memerintah antara 1482-1521 M.
Pada masa pemerintahannya, kerajaan dalam keadaan teratur dan tenteram.
Tindakan pertama yang diambil setelah resmi menjadi raja adalah membebaskan penduduknya dari empat macam pajak.
Ketika memerintah, Prabu Siliwangi dikenal sebagai pemimpin yang memegang teguh asas kesetaraan dalam kehidupan sosial.
BACA JUGA:Apakah Majapahit Menguasai Pajajaran? Ternyata Begini Kisah Lengkapnya!
Prabu Siliwangi sempat tidak senang dengan hubungan Cirebon-Demak yang terlalu akrab, tetapi perselisihan mereka tidak berkembang ke arah ketegangan.
Menurut sumber Portugis, Kerajaan Pajajaran diperkirakan memiliki 100.000 prajurit dan 40 ekor pasukan gajah.
Prabu Siliwangi begitu mencurahkan perhatian pada pembinaan agama, pembuatan parit pertahanan.
Memperkuat angkatan perang, membuat jalan, dan menyusun formasi tempur di darat, tetapi angkatan lautnya terbilang lemah.
BACA JUGA:Pajajaran di Bawah Prabu Siliwangi, Keseimbangan dan Kemakmuran
Runtuhnya Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada 1579 akibat serangan dari kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten.
Berakhirnya Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu diboyong karena tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru.
Hal ini juga menandai bahwa Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Pajajaran yang sah karena buyut perempuannya adalah putri Sri Baduga Maharaja.
BACA JUGA:Kehebatan Sri Baduga Maharaja, Mengulik Kekuatan dan Kebijaksanaan di Era Pajajaran
Setelah Pajajaran runtuh, diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan keraton lalu menetap di daerah Lebak.
Mereka menetapkan tata cara kehidupan lama yang ketat dan sekarang dikenal sebagai orang Baduy.
Peninggalan Kerajaan Pajajaran
Walaupun sudah runtuh, Kerajaan Pajajaran masih memiliki sejumlah peninggalan yang eksis hingga saat ini. Sejumlah peninggalan itu adalah:
BACA JUGA:Majapahit VS Pajajaran! Inilah Kisah Perang Terhebat Dalam Sejarah Indonesia
1. Serat Babad Pajajaran
Ini merupakan naskah kuno yang menceritakan silsilah raja di Kerajaan Pajajaran, serta cikal bakal lahirnya kerajaan tersebut.
Naskah ini juga berisi kearifan dan keseharian masyarakat Sunda pada masa lampau.
2. Carita Parahyangan
Naskah yang dibuat pada akhir abad ke-16 ini menceritakan sejarah Sunda, mulai dari zaman Kerajaan Galuh sampai runtuhnya Kerajaan Pajajaran oleh Kesultanan Banten.
Naskah ini juga memuat berbagai nama tempat, baik yang berada di dalam kekuasaan Kerajaan Pajajaran maupun daerah lainnya di Pulau Jawa.
BACA JUGA:Pahlawan Nusantara, Mengenal Kekuatan Super Raja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran
Sebagian nama daerah itu masih ada sampai sekarang. Beberapa di antara nama daerah itu adalah:
Ancol
Ciranjang
Cirebon
Gunung Galunggung
Kabupaten Kuningan
Gunung Puntang
Rancamaya
Citarum (dalam naskah ditulis “tarum”)
3. Carita Waruga Guru
Kalau naskah ini dibuat pada akhir abad ke-17 atau sekitar awal abad ke-18. Naskah ini sendiri ditulis di atas kertas daluang dan memakai bahasa Sunda kuno.
Di antara dua naskah sebelumnya, naskah ini dianggap sebagai naskah kuno termuda dan termasuk naskah periode transisi yang memiliki nuansa Islami.
Isi naskah Carita Waruga Guru berkisar tentang silsilah raja-raja di Kerajaan Pajajaran yang dirunut dari Nabi Adam.
Isi naskah ini secara tidak langsung menggambarkan pencampuran budaya Hindu yang sebelumnya dianut orang Sunda dengan ajaran Islam yang baru datang belakangan.
BACA JUGA:Menjadi Kekuatan Utama Kerajaan Pajajaran, Inilah Kisah Kesaktian Prabu Siliwangi!
Beberapa pihak meyakini bahwa sebetulnya isi naskah ini sebelumnya adalah sebuah cerita lisan.
4. Prasasti Batu Tulis
Peninggalan Kerajaan Pajajaran ini terletak di Jalan Batu Tulis no. 54, Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat.
Prasasti ini dibuat pada tahun 1533 M oleh raja Surawisesa yang merupakan anak Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi.
Prasasti ini memuat tulisan Sunda kuno yang berisi kekaguman Surawisesa kepada ayahnya.
BACA JUGA:Menjadi Kekuatan Utama Kerajaan Pajajaran, Inilah Kisah Kesaktian Prabu Siliwangi!
Jika Kawan datang ke kompleks tempat prasasti ini berada, Kawan bisa menemukan beberapa peninggalan sejarah dari raja Surawisesa.
Seperti Batu Tapak yang memuat bekas telapak kaki raja Surawisesa dan Batu Lingga yang merupakan bekas tongkat pusaka Kerajaan Pajajaran.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: