The Last Samurai (2003), Drama Kolosal Apik dan Epik yang Patut Anda Tonton (10)

The Last Samurai (2003), Drama Kolosal Apik dan Epik yang Patut Anda Tonton (10)

Drama Kolosal Apik dan Epik yang Patut Anda Tonton--google.com

PAGARALAMPOS.COM – Meski dalam takaran tertentu saat itu Jepang memang sedang ‘dijajah’ Barat. 

Tapi bukan berarti apa yang terjadi saat itu mirip dengan bagaimana orang Indonesia bersama-sama memperjuangkan tradisi dan kemerdekaannya sebagai bangsa.

BACA JUGA:Ruslan Abdulgani Terpilih Secara Aklamasi Sebagai Ketua Kosgoro Kota Pagaralam

Samurai di abad ke-19, latar yang diangkat dalam ’The Last Samurai’ bukanlah lagi samurai yang ada dalam bayangan populer sebagai sosok petarung yang mengusung kode etik. 

Setelah melalui masa damai selama 200 tahun, samurai di masa ini adalah sosok pejabat, birokrat, pemungut pajak, dan tuan tanah.

BACA JUGA:Miliki Falsafah Tidak Serakah Ketika Melaut, Inilah Suku di Bangka Belitung yang mIliki Ratusan Pulau

Sebab itu, sebagaimana banyak pejabat dan birokrat di masa kini;

Banyak samurai yang menjelma jadi sosok yang korup, egois, dan meraup keuntungan demi dirinya sendiri. 

Di abad ke-19, tidak sedikit samurai yang tidak lagi peduli dengan kode etik atau ‘bushido’ sebagaimana digambarkan di film.

BACA JUGA:Undercover Indonesia! Suku Pedalaman Papua, Salah Satunya Suku Kanibalisme Terakhir di Dunia

Dan sebagaimana politisi yang sering bersitegang perkara politik, begitupula dengan samurai di abad ke-19. 

'Pemberontakan Satsuma' yang diangkat dalam film ini adalah akibat dari perseteruan politik tersebut.

Dalam film digambarkan perang ini digambarkan sebagai perang antara samurai yang mempertahankan tradisinya melawan kekuatan asing. 

BACA JUGA:Sejarah Unik Suku di Jambi, Kamu Wajib Tau

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: