Ternyata Begini Kisah Dibalik Kemewahan Pedang Termahal di Dunia yang Dimiliki Oleh Sultan di India

PAGARALAMPOS.COM - Ketika kita membayangkan pedang, mungkin yang terlintas di pikiran adalah senjata yang hanya memiliki fungsi sebagai alat perang. 

Namun, terdapat satu pedang yang jauh melampaui sekadar alat perang biasa. Pedang ini bukan hanya sebuah senjata, tetapi juga sebuah karya seni dan sejarah yang mempesona. 

Pedang ini adalah salah satu yang termahal di dunia dan dimiliki oleh seorang Sultan di India. 

Kisah di balik kemewahan pedang ini mengungkapkan perjalanan panjang dari masa lalu yang penuh misteri hingga menjadi salah satu harta terbesar dalam sejarah. 

BACA JUGA:Mengenal Sejarah Suku di Kepulauan Bangka Belitung, Ada Keturunan Berdarah Majapahit, Benarkah?

Pedang legendaris yang pernah menjadi milik Sultan Tipu dari India telah mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai salah satu senjata paling mahal yang pernah terjual dalam lelang. 

Ketika palu pelelang jatuh pada angka luar biasa, Rp428 miliar, di sebuah acara pelelangan, dunia terkejut dengan prestasi yang luar biasa ini. 

Prediksi awal menempatkan harga pedang ini sekitar Rp29 miliar, tetapi penawaran berapi-api dari para kolektor dan pecinta senjata kuno telah mengubahnya menjadi barang antik yang memiliki harga fantastis.

Pedang ini memiliki sejarah yang kaya dan menarik. Dulu, pada masa kekuasaannya dari tahun 1782 hingga 1799, Sultan Tipu memegangnya sebagai senjata yang selalu dekat dengannya. 

BACA JUGA:Selain Freeport, Ini Sumber Daya Alam Logam Mulia Terbesar di Indonesia

Pedang ini bahkan ditempatkan di dalam ruang tidurnya, menjadi bagian penting dari kehidupan dan keberanian Sultan Tipu.

Keunikan pedang ini tidak hanya terletak pada sejarahnya yang berkilau. 

Bahan dasar dari pedang ini adalah besi Wootz, yang merupakan bahan yang sangat dihargai pada masanya. 

Pedang-pedang India dari periode tersebut terkenal dengan kemampuannya untuk membelah perisai dengan mudah, mencerminkan tingkat keahlian yang tinggi dalam metalurgi.

Sumber: