Kisah Pilu Suku Polahi, Keturunannya Mau Tak Mau Melakukan Tradisi Begini Akibat Penjajahan

Kisah Pilu Suku Polahi,  Keturunannya Mau Tak Mau Melakukan Tradisi Begini Akibat Penjajahan

Foto : Keturunan Suku Polahi.-Kisah Pilu Suku Polahi, Keturunannya Mau Tak Mau Melakukan Tradisi Begini Akibat Penjajahan-Google.com

Oleh karena itu, orang Gorontalo menyebut mereka Polahi, yang secara harfiah berarti "pelarian".

Keadaan tersebut mempengaruhi kondisi suku Polahi dengan kehidupan di dalam hutan.

BACA JUGA:Wajib Tau Nih! Ini 5 Rekomendasi Warna Manset yang Wajib Dimiliki Wanita Berhijab

Meskipun Indonesia telah merdeka, sebagian keturunan Polahi masih memilih tinggal di hutan.

Sikap anti penjajah tersebut turun-temurun dan menyebabkan orang Polahi menganggap orang dari luar suku mereka sebagai penindas dan penjajah.

Namun, yang membuat suku Polahi semakin unik adalah keberlangsungan tradisi perkawinan sedarah dalam budaya mereka.

Berbeda dengan sistem perkawinan umum di mana dua individu dari keluarga yang berbeda menikah tanpa ikatan darah, suku Polahi memiliki budaya sistem kawin sedarah atau sistem perkawinan inses.

BACA JUGA:Warga Desa Gedung Agung Lahat, Tuntut Kompensasi Debu ke PT LDP

Perkawinan sedarah di suku Polahi memungkinkan anggota keluarga untuk menikah dengan sesama anggota keluarga yang memiliki ikatan darah.

Seperti antara ibu dan anak laki-laki, bapak dan anak perempuan, atau saudara laki-laki dan saudara perempuan.

Sistem ini telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda dan masih dipraktikkan hingga saat ini, meskipun dianggap tidak biasa atau bahkan aneh oleh budaya umum.

Pernikahan sedarah ini sebenarnya bukan berdasarkan kebiasaan adat, tetapi lebih karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka tentang pergaulan di luar kelompok mereka sendiri.

BACA JUGA:Paling Laris, Inilah 4 Merk Ban Motor Berkualitas dan Paling Awet, Simak Selengkapnya Disini!

Para anggota suku Polahi memiliki keterbatasan pengetahuan genetika, sehingga mereka melakukan perkawinan sedarah di antara mereka tanpa menyadari risiko genetik yang dapat mempengaruhi kesehatan keturunan mereka.

Dalam ilmu kesehatan dan penelitian,  perkawinan sedarah dapat meningkatkan risiko kelainan genetik atau cacat pada keturunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: