Situs Tetegewo dan Feta Batu, Harmoni Antara Sejarah dan Seni di Nias, Alat Musik Zaman Batu?

Situs Tetegewo dan Feta Batu, Harmoni Antara Sejarah dan Seni di Nias, Alat Musik Zaman Batu?

Situs Tetegewo dan Feta Batu, Harmoni Antara Sejarah dan Seni di Nias, Alat Musik Zaman Batu?--

PAGARALAMPOS.COM - Kepulauan Nias, sebuah tempat yang menyimpan peradaban megalitikum yang kaya dan mendalam, telah menjadi rumah bagi warisan budaya yang tak ternilai.

Di antara gemerlapnya pemandangan alamnya, tersembunyi keajaiban-keajaiban zaman dulu yang mengajak kita untuk berpikir sejenak tentang perjalanan manusia dalam menciptakan seni dan kehidupan.

Salah satu contoh menakjubkan dari peradaban megalitik ini dapat ditemukan di situs Tetegewo, yang terletak di puncak bukit di Desa Tetegewo, kecamatan Sidua Ori.

Dari puncak bukit ini, panorama atap-atap rumah dan hamparan pepohonan terlihat begitu kecil, sedangkan sungai berliku-liku terlihat seperti ular raksasa yang mengalir.

BACA JUGA:Apa Rasanya Mengawini Ibu dan Saudara Kandung Sendiri? Terjadi di Tradisi Suku Polahi

Namun, yang lebih menarik dari pemandangan alam ini adalah warisan kreasi peradaban manusia zaman dulu yang terhampar di hadapan kita.

Situs Tetegewo adalah kumpulan artefak zaman megalitik yang menjamur di luasan puncak bukit. Menhir dan batu tunggal berdiri tegak, membentuk pemandangan yang mempesona.

Salah satu tugu batu menonjol dengan ornamen lingkaran di bagian atas dan ornamen mirip pedang di bagian bawah. Batu berbentuk kotak juga berfungsi sebagai ruang sempit yang dulu digunakan sebagai penjara.

Batu-batu berbentuk bulat sempurna menjajar sepanjang jalur pintu masuk hingga ke ujung situs.

BACA JUGA:Sejarah Pilu Pernikahan Sedarah Suku Polahi, Ternyata Keturunnya Seperti Ini Jadinya

Batu-batu ini bukan hanya alas tarian, tetapi juga menciptakan nada-nada unik, seperti sebuah ansambel instrumen musik yang indah.

Desa Tetegewo dapat dicapai melalui perjalanan darat sekitar 100 KM dari Teluk Dalam.

Setelah perjalanan sekitar satu setengah jam dengan sepeda motor atau mobil, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 10 KM untuk mencapai puncak bukit.

Pengunjung dapat menemukan kantor kepala desa di tepi jalan, di dekat persimpangan menuju jalan ke bukit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: