Polahi. Suku Pedalaman di Gorontalo dan Primitif yang Masih Melakukan Tradisi Kawin Sedarah? Simak Faktanya

Polahi. Suku Pedalaman di Gorontalo  dan Primitif yang Masih Melakukan Tradisi Kawin Sedarah? Simak Faktanya

Polahi. Suku Pedalaman di Gorontalo dan Primitif yang Masih Melakukan Tradisi Kawin Sedarah? Simak Faktanya--Net

BACA JUGA:Kodim 0510/Tigaraksa kembali Torehkan Juara 1 Babinsa Award

Istilah “Polahi” dalam bahasa Gorontalo berasal dari kata “Lahi-lahi” yang artinya melarikan diri atau melarikan diri. 

Menurut catatan sejarah yang ada, suku Polahi sebenarnya adalah warga Gorontalo yang melarikan diri ke hutan karena pemimpin mereka di masa penjajahan Belanda tidak mau ditindas oleh penjajah.

Oleh karena itu, orang Gorontalo menyebut mereka Polahi, yang secara harfiah berarti "pelarian".

Keadaan tersebut mempengaruhi kondisi suku Polahi dengan kehidupan di dalam hutan.

BACA JUGA:Peneliti Cina Temukan Metode Baru Untuk Melacak Keberadaan Kapal Selam AS

Meskipun Indonesia telah merdeka, sebagian keturunan Polahi masih memilih tinggal di hutan.

Sikap anti penjajah tersebut turun-temurun dan menyebabkan orang Polahi menganggap orang dari luar suku mereka sebagai penindas dan penjajah.

Namun, yang membuat suku Polahi semakin unik adalah keberlangsungan tradisi perkawinan sedarah dalam budaya mereka.

Berbeda dengan sistem perkawinan umum di mana dua individu dari keluarga yang berbeda menikah tanpa ikatan darah, suku Polahi memiliki budaya sistem kawin sedarah atau sistem perkawinan inses.

BACA JUGA:Kapal Penyapu Ranjau KRI Pulau Fani 731 Dan Fanildo 732 Resmi Perkuat Satran Koarmada II

Perkawinan sedarah di suku Polahi memungkinkan anggota keluarga untuk menikah dengan sesama anggota keluarga yang memiliki ikatan darah.

Seperti antara ibu dan anak laki-laki, bapak dan anak perempuan, atau saudara laki-laki dan saudara perempuan.

Sistem ini telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda dan masih dipraktikkan hingga saat ini, meskipun dianggap tidak biasa atau bahkan aneh oleh budaya umum.

Pernikahan sedarah ini sebenarnya bukan berdasarkan kebiasaan adat, tetapi lebih karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka tentang pergaulan di luar kelompok mereka sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: