Tak Hanya Desas-desus, Nyari Berkah Kekayaan di Gunung Kawi Tersebar Sampai Jazirah Arabiya?

Tak Hanya Desas-desus, Nyari Berkah Kekayaan di Gunung Kawi Tersebar Sampai Jazirah Arabiya?

Tak Hanya Desas-desus, Nyari Berkah Kekayaan di Gunung Kawi Tersebar Sampai Jazirah Arabiya?--Net

Pohon Dewandaru tersebut hingga kini dipercaya bahwa ranting, buah dan daunnya bisa menjadi jimat yang bisa mendatangkan kekayaan bagi orang yang bisa mendapatkannya.

Oleh karenanya, Pohon Dewandaru ini juga disebut sebagai shian-to atau pohon dewa oleh orang Tionghoa.

Oleh karena itu, para peziarah yang datang rela untuk menunggu bagian dari pohon ini jatuh dan diambil untuk dibawa pulang. Mau mencoba juga, bro?

3. Tempat Bertapa Para Raja Dahulu Kala

Konon Gunung Kawi diyakini sebagai tempat pertapaan para raja Jawa di zaman dahulu.

Salah satunya yang paling terkenal adalah Prabu Kameswara.

Salah satu situs peninggalan yang terdapat di Gunung Kawi yaitu sebuah keraton yang terletak di ketinggian 700 meter dengan daya tempuh sekitar setengah jam dari makam Eyang Soedjogo.

Keraton tersebut diyakini sebagai tempat bertapa sosok Prabu Kameswara. Cerita yang beredar adalah bahwa setelah sang Prabu selesai bertapa di tempat itu, beliau berhasil menyelesaikan kekacauan politik di kerajaannya.

BACA JUGA:Belum Banyak Yang Tahu! Inilah 3 Misteri Gunung Kawi Yang Buat Bulu Kuduk Berdiri! Simak Ulasan Lengkapnya

Keraton Gunung Kawi ini awalnya adalah sebuah padepokan yang didirikan oleh seorang raja yang berasal dari Kerajaan Dhoho (Kerajaan Kediri) Prabu Kameswara II. 

Nah, beliau meninggalkan pesan kepada rakyatnya yang menyatakan beliau akan pergi ‘mukso’ atau menyatu dengan alam ke Gunung Kawi

Tepat pada tahun 1112, di lokasi inilah Prabu Kameswara II membuat sebuah padepokan sebagai tempat tinggal bersama sang istri.

Hanya tinggal selama 3 tahun, Prabu Kameswara II bersama istrinya meninggal pada tahun 1115. Di Padepokan tersebut Prabu Kameswara II memiliki 3 pengikut yaitu, Eyang Hamid, Eyang Joyo, dan Eyang Broto.

Berdasarkan legenda tersebut, petilasan itu banyak digunakan sebagai praktik pemujaan bahkan pesugihan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: