Wawancara Fiksional Epik Biopik Vampir yang ‘Hidup’ Selama Ratusan Tahun

Wawancara Fiksional Epik Biopik Vampir yang ‘Hidup’ Selama Ratusan Tahun

Wawancara Fiksional Epik Biopik Vampir yang ‘Hidup’ Selama Ratusan Tahun--google.com

PAGARALAMPOS. COM – Cukup sulit menemukan film bertema vampir yang tidak melulu tentang cinta.

Atau 'aksi' perburuan antara Dracula dan Van Helsing, kecuali ‘Interview with the Vampire’ (1994).

Apalagi makin ke sini terasa makin ‘mainstream’ saja action fantasi di ‘universe vampire’ movie ini. 

BACA JUGA:Udah Pernah Baca Buku Best Seller Karya Novelis ‘Bapak Horor Dunia?’ (01)

Ya, film-film ‘bertema vampir’ pada umumnya kerap menyajikan tema romansa dramatis dan aksi fantasi.

Pada awal 90-an mulai dari ‘Twilight’ saga yang menjadi pujaan setiap remaja perempuan millennial.

Hingga koleksi klasik seperti ‘Bram Stoker’s Dracula’ (1992) dan Dead & Living (1995). 

BACA JUGA:Novel Karya ‘Bapak Horor Dunia’ yang Wajib Banget Dibaca Para Penggemar Cerita Horor (02)

Sementara pada era 2000-an ke atas, seperti ‘Underworld’ (2003), ‘Van Helsing’ (2004), Daybreakers (2009).

Lalu Cirque du Freak: The Vampire’s Assistant (2009), Dracula Untold (2014) dan masih banyak lagi.

Ternyata lebih banyak adaptasi tema makhluk pengisap darah dari ini sebagai semesta ‘action thriller’. 

BACA JUGA:Wajib Diketahui! Sudah Pernah Baca Novel Horor Tersukses di Dunia? (03)

Interview With The Vampire: The Vampire Chronicles Diadaptasi dari novel karya Anne Rice dengan judul sama pada 1976. 

Film ‘Interview with the Vampire’ ini lebih kental dengan nuansa drama ghotic.

Dibintangi Louis (Brad Pitt) sebagai protagonisnya dan ‘Prince’ Lestat sebagai tokoh antagonisnya. 

BACA JUGA:Wow, Keren! Inilah Karya Novelis ‘Bapak Horor Dunia’ Terlaris Sepanjang Masa (04)

Sinopsis: Diawali seorang Vampir bernama Louis de Pointe du Lac (Brad Pitt).

Ia kemudian bertemu dengan Reporter pemburu berita bernama Daniel Molloy (Christian Slater).

Daniel yang ingin mewawancarai Louis, terkejut begitu mengetahui bahwa Louis ternyata adalah seorang Vampir. 

BACA JUGA:Castle Rock Season Dua, Misteri Sosok Malaikat yang Mengangkat Seorang Nabi Dari Para Penyihir (01)

Tak lama wawancara pun dimulai. Louis menceritakan tentang kehidupannya saat masih berumur 24 tahun pada masa itu 1791. 

Louis kala itu sangat terpukul ketika mengetahui istrinya meninggal saat hendak melahirkan.

Ia jadi sering mabuk-mabukan dan hidup awut-awutan-pun mulai jadi kebiasaan buruk Louis. 

Padahal sebenarnya dasarnya Louis notabene adalah laki-laki baik-baik.

BACA JUGA:Sudah Perlukah Sentra Budaya dan Seni di Pagaralam Setelah 22 Tahun?

Sampai satu ketika, pada suatu malam ia ‘digigit’ oleh seorang Vampire bernama Lestat (Tom Cruise).

Sebelumnya dia diberi 2 pilihan, ingin mati atau menjadi Vampire.

Louis yang desperate saat itu ternyata memilih jalan setan, yakni menjadi Vampir dan hidup abadi.

BACA JUGA:Asal Mula Suku Kisam, Budaya dan Agamanya

Epik cerita tentang perjalanan hidup seorang Vampir yang dipenuhi dengan rasa sakit, penyesalan, kesedihan.

Ditambah oleh kesendirian-pun mulai diceritakan oleh Louis ke Daniel dalam Interviewnya (wawancara).

Berbeda dengan film horor kebanyakan, 'Interview With The Vampire' memang menawarkan genre supranatural.

BACA JUGA:Penyebaran Situs Budaya di Tanah Besemah Terus Dioptimalkan

Namun dengan approach yang lebih enak, dan nggak ada unsur horor nakut-nakutinnya sama sekali.

Atau lebih tepatnya film ini ini mirip Twilight-nya Pattinson-Stewart, namun dengan aroma film tahun 90'an.

Tapi jangan kecewa dulu, Interview With The Vampire jauuuh lebih bagus ketimbang Twilight Saga!  

BACA JUGA:Kaya akan Budaya, ini Dia 4 Keunikan Budaya Suku Besemah yang Masih Terjaga Kelestariannya

Romance-nya enak, Dramanya ‘sakit’, hingga adegan menusuk dari belakang yang menghebohkan. v

Neil Jordan sang sutradara, bisa dikatakan berhasil menangkap intisari novel-nya yang berjudul sama;

Yakni 'kesepian hidup' seorang vampir. Adegan suckling blood-nya memang agak disturbing.

BACA JUGA:Rumah Adat dan Budaya Suku Pasemah Penuh Falsafah

Tapi disturbing-nya itu ‘menyenangkan’. Eh, bukan menyenangkanlah, tapi bikin miris.

Alias kita bukan kasihan ama korbannya, tapi kasihan ama si Louis yang jadi tidak enak hati ngisap-ngisap darah orang.

Ahh, vampire kok tidak berani ngisap darah? Aneh kan? 

BACA JUGA:Klaim Keturunan Kerajaan Majapahit di Sumatera Selatan, Warisan Budaya dan Keyakinan Kelompok Masyarakat

Karakter yang diperankan oleh Pitt dan Cruise benar-benar sangat menjiwai. 

Louis yang diperankan oleh Pitt entah kenapa raut mukanya selalu dilanda kegalauan atas pilihan menjadi vampir.

Perasaan hina, rendah diri, dan penyesalan atas dosa-dosanya tergambar jelas di raut wajah Louis.

BACA JUGA:Tak Hanya Terkenal Dengan Kekayaan Budaya, Ternyata Sumatera Jadi Surganya Mata Air di Indonesia

Sayang, setiap adegan yang dilakukan oleh Pitt dan Cruise saat sedang ngomong atau Curhat satu sama lain, terkesan jadi seperti adegan ‘pasangan maho’ yang ingin segera maho-mahoan.

Sepintas malah keliatan kayak Batman ama Robin versi Tim Burton.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: