Benarkah Rumah Lunjuk Bertiang Satu Pernah di Singgahi Si Pahit Lidah? Yuk Simak Penjelasanya

Benarkah Rumah Lunjuk Bertiang Satu Pernah di Singgahi Si Pahit Lidah? Yuk Simak Penjelasanya

PAGARALAMPOS.COM - Benarkah Rumah Lunjuk Bertiang Satu Pernah di Singgahi Si Pahit Lidah? Yuk Simak Penjelasanya

Si Pahit Lidah adalah julukan untuk Serunting, seorang pangeran yang berasal dari Sumatra Selatan.

Ia terkenal punya kesaktian yang tinggi, namun ternyata kesaktiannya bisa dikalahkan oleh adik iparnya, Aria Tebing.

Keduanya bertikai memperebutkan cendawan emas yang tumbuh di perbatasan ladang mereka.

BACA JUGA:Dampak Inflasi, Salurkan Bantuan Pangan 246,15 Ton Beras

Si Pahit Lidah merupakan judul sebuah cerita rakyat yang berasal dari Provinsi Sumatera Selatan.

Julukan Si Pahit Lidah diberikan kepada Pangeran Serunting yang memiliki kesaktian yang tak terkalahkan.

Banyak versi tentang cerita Si Pahit Lidah, salah satunya adalah cerita kala dirinya beradu kesaktian dengan Si Mata Empat.

Legenda Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat

BACA JUGA:Epik perang China, Berbagi Momen Inspiratif Dalam Sejarah China Pada Seluruh Dunia

Alkisah di suatu tempat bernama Banding Agung terkenal dua jawara gagah berani bernama Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat.

Kedua jawara ini sama-sama disegani dan merasa bahwa dirinya adalah yang terhebat.

Karena kesombongannya itu, mereka sepakat untuk beradu kesaktian di depan umum.

Hal itu dilakukan untuk membuktikan siapakah jawara yang terhebat, Si Pahit Lidah atau Si Mata Empat.

BACA JUGA:Jangan Asal-Asalan! Inilah 5 Tips Mengecek Kiprok Yang Baik dan Benar

Si Pahit Lidah memiliki kemampuan Serunting Sakti yang dapat memberi kutukan dengan lidahnya yang pahit.

Untuk itulah, berikut beberapa tempat yang diduga pernah disinggahi oleh Serunting Sakti atau yang terkenal disebut Si Pahit Lidah yang dikutip dari berbagai sumber.

Rumah Lunjuk Bertiang Satu

Rumah dengan tiang tinggi sekitar tiga meter dan rumah berbahan kayu menyimpan benda pusaka berupa keris peninggalan puyang Serunting Sakti atau yang lebih dikenal Si Pahit Lidah.

BACA JUGA:Mengejutkan! 6 Tempat ini Ternyata Pernah Dikunjungi Pendekar Si Pahit Lidah

Rumah bertiang satu ini sudah berusia ratusan tahun dan diyakini memiliki hubungan erat dengan cerita Puyang Serunting Sakti.

Di Kabupaten Lahat hampir setiap daerah memiliki peninggalan bersejarah yang sampai saat ini masih di kramatkan oleh masyarakat setempat karena memiliki khasiat tersendiri bagi masyarakat itu yang berasal dari daerah itu sendiri.

Salah satunya, di desa Karang Cahaya dan Pagardin.

Yang mana di desa tersebut terdapat peninggalan zaman dahulu berupa rumah kecil yang konon menyimpan ribuan cerita mistis.

BACA JUGA:Penting! Inilah 4 Penyebab Rantai Motor Cepat Rusak

Masyarakat setempat menyebutnya dengan nama “LUNJUK” yang berukuran kurang lebih satu meter persegi, bertiang satu dan tinggi kurang lebih dua meter dan mempunyai satu pintu.

Anehnya, kendati dinding dan tiangnya hanya terbuat dari kayu, namun sejak zaman dulu, hingga sekarang tidak mengalami patah atau rusak.

Menurut keterangan Sahidin, salah seorang Ketua Adat desa setempat mengatakan, asal muasal dari Lunjuk itu sendiri adalah sejarah seorang pengembara yang bernama Anak Dalam Muare Bengkulu.

Yang konon ceritanya mempunyai istri bernama Fatimah seorang perempuan berdarah Jawa Banten.

BACA JUGA:Kisah Heroik Prajurit Tiongkok Mempertahankan Sebuah Markas Gudang pada Awal PD II

Pasangan ini,  kemudian mempunyai 3 orang anak.

Anak yang pertama bernama Putri Sanggul Begelung, anak kedua Putri Ranje Rari, dan anak bungsu diberi nama Riye Matianyut.

“Untuk anak pertama menguasai pegunungan, sedangkan anak ke dua menguasai dataran rendah (tempat lunjuk ini) dan anak terakhir penguasai lautan,” bebernya.

Lunjuk ini sendiri, diterangkan Sahidin.

BACA JUGA:Motor Mati Saat Hujan! Cek 4 Penyebab Ini

Adalah tempat berkumpulnya atau tempat persinggahan anak-anak dari Anak Dalam Muare Bengkulu. 

“Kalau anak-anak dari Anak Dalam Muare Bengkulu ini, pulang atau kumpulnya. Ya disini lah,” ceritanya.

Tempat ini, Sahidin mengisahkan. Masih dikeramatkan oleh masyarakat desa ini, karena sudah banyak yang terbukti membuahkan hasil, akan tetapi orang yang bukan keturunan desa ini tidak dapat berpinta akan suatu keinginan.

“Kalau masyarakat desa ini bisa di kabulkan keinginan, tapi harus ada Nazarnya (Mahar) dan harus merantau.

BACA JUGA:Nyanyian AS sang Eksekutor Penembak Brimob, Pimpinan KKB Diringkus

Kalau tidak merantu,  juga tidak akan di kabulkan.

Sebaliknya, kalau untuk orang yang bukan keturunan desa ini, tidak bisa dikabulkan atas keinginan yang dipintanya,” ujarnya.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: