Metrologi Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

Metrologi Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

Foto : Kepala BSN Kukuh S. Achmad.--Humas BSN

“Budidaya pangan tentu memerlukan pupuk. Dengan demikian, pupuk harus dipastikan kualitasnya melalui laboratorium-laboratorium yang kompeten,” kata Kukuh.

Pada kesempatan ini, Kukuh juga memaparkan hasil survey dari UNIDO tahun 2022 terkait dengan status pengelolaan infrastruktur mutu di 137 negara. 

BACA JUGA:BSN Dukung LPK Jamin Kualitas Plambing Sesuai SNI

Survey tersebut meliputi 36 indikator dari 5 elemen, yakni metrologi (9 indikator), standardisasi (7 indikator), penilaian kesesuaian (5 indikator), akreditasi (4 indikator), dan kebijakan (11 indikator).

Dari total 137 negara yang disurvey, infrastruktur mutu Indonesia menduduki peringkat ke-2 di ASEAN, peringkat 6 di Asia Timur dan Pasifik, peringkat ke-10 di kelompok negara APEC, dan peringkat ke-34 di dunia.

Kukuh berharap, kerja sama antara BSN dan Kementerian Perdagangan dapat terus ditingkatkan, agar indikator-indikator yang dinilai di bidang metrologi dapat meraih hasil yang lebih baik.

Dalam kesempatan ini, Wakil Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Jerry Sambuaga menuturkan bahwa penggunaan alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapan yang tepat dan akurat memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu komoditas.

BACA JUGA:Greenbean Jagad Raye Miliki SNI Perdana di Sumsel

BACA JUGA:Membuahkan Hasil, Putra Abadi Resmi Kantongi Sertifikasi SNI

Ia menilai, pengembangan infrastruktur yang mencakup metrologi legal, standardisasi, dan penilaian kesesuaian memiliki cakupan yang luas dan harus dikerjakan bersama lintas sektor dan lintas stakeholder. 

“Kolaborasi, kerja sama, dan inovasi menjadi kunci dalam menghadapi tantangan metrologi legal khususnya menjaga ketahanan pangan agar konsumen Indonesia memperoleh komoditas pangan yang bermutu, tepat ukuran/takaran, dan harga yang terjangkau,” tegas Jerry.

Jerry pun menerangkan, berdasarkan data selama 36 bulan berturut-turut, neraca perdagangan (trade balance) Indonesia mengalami surplus. 

Artinya, kegiatan ekspor lebih besar daripada impor. Bahkan, pada Desember 2022, surplus Indonesia mencapai 54,46 milliar USD. Angka ini merupakan angka tertinggi hingga sekarang.

Tentu, surplus tersebut dapat tercapai karena di-support dengan berbagai instrumen-instrumen perdagangan. 

“Kita bisa surplus, kita bisa mengelola perdagangan karena ada standar dan tolak ukur yang sesuai. Kesesuaian inilah yang harus kita pertajam, yang harus didukung oleh kita semua, termasuk oleh direktorat metrologi dan BSN,” pesannya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: