Menelisik Keunikan Suku Toraja, Ada yang Beda Loh!

Menelisik Keunikan Suku Toraja, Ada yang Beda Loh!

Menelisik Keunikan Suku Toraja, Ada yang Beda Loh!--

PAGARALAMPOS.COM - Suku Toraja memilki ciri khas yang tidak dimiliki oleh suku-suku lainnya.

Suku Toraja sendiri adalah sebuah suku bangsa yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. 
 
Mayoritas suku Toraja memeluk Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan Animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo.

Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma. 

BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Suku Bugis

Mayoritas suku Toraja memeluk Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan Animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo.

Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma. 

Dikutip dari badan bahasa.kemdikbud.go.id, ada beberapa pendapat tentang asal-usul nama Toraja. Orang Bugis-Sidenreng menyebutnya dengan nama to riajang yang artinya ‘orang yang berdiam di negeri atas atau pegunu-ngan’. 

Masyarakat Luwu pada zaman Belanda menamakannya to riaja yang berarti ‘orang yang berdiam di sebelah barat’.

BACA JUGA:Harga Telur di Palembang Diprediksi Turun Usai Idul Adha

Sementara itu, versi lain menyebutkan Toraja berasal dari Toraya. Asal katanya to dari tau yang berarti ‘orang’ dan raya dari kata marau yang berarti ‘besar’. Jadi, Toraya bermakna orang besar atau bangsawan.

Berdasarkan mitos yang beredar di masyarakat, Toraja dahulu merupakan sebuah negeri otonom. Namanya Tondok Lepongan Bulan atau Tana Matarik Allo.

Artinya, negeri yang bentuk pemerintahan dan kemasyarakatannya merupakan kesatuan yang bulat/bundar seperti bentuk bulan dan matahari.

Mitos lain yang berasal dari para bangsawan menyebutkan bahwa Toraja berasal dari kata tau raja. Arti kata tersebut adalah orang raja atau keturunan raja.

BACA JUGA:KEREN! Rumah Kaki Seribu Khas Suku Arfak

Para bangsawan Toraja (tana’ bulaan) beranggapan bahwa mereka adalah keturunan para dewa di kayangan. Nenek moyang mereka yang pertama adalah keturunan atau titisan dari Puang Matua (dewa tertinggi/Tuhan).

Kemudian, ia diangkat menjadi raja di bumi (di Tondok Lepongan Bulan atau Tana Matarik Allo). Sampai saat ini kepercayaan tersebut masih hidup dan dideklamasikan dalam pernikahan antara para bangsawan (tana’ bulaan).*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: