'Metangka Aghi dan Pembukean' Budaya Masyarakat Besemah Saat Bulan Puasa
Metangka Aghi -pidi-pagaralampos.com
BACA JUGA:Suku Lintang Penunggu Bukit Barisan, 5 Suku Asli Provinsi Sumatera Selatan
Kini diakui Satar, bentuk aktivitas metangka aghi sudah kian banyak. Sebab, masyarakat sudah dihadapkan dengan berbagai alternatif. Hanya saja, memancing tetap jadi pilihan favorit warga untuk menunggu waktu berbuka. Pengamatan Pagaralam Pos di lapangan, sejumlah pemancingan nampak ramai.
Mencari takjil alias menu berbuka puasa juga dijadikan cara bagi warga untuk metangka aghi. Warga berkeliling dari satu lokasi ke lokasi lain guna mencari takjil.
Biasanya aktivitas ini akan berhenti ketika sudah mendekati waktu berbuka puasa. Tak heran, bila kantong-kantong kuliner yang menjajakan takjil jadi ramai.
Bazar ramadhan di Terminal Nendagung menjadi salahsatu tujuan warga untuk mencari takjil. Bazar ini akan tambah ramai ketika hari semakin sore.
BACA JUGA:5 Suku di Provinsi Sumatera Selatan, Satu Diantaranya Miliki Hubungan Erat Dengan Suku Batak
Menurut Sarkusi, salahseorang warga, bazar ini merupakan tempat bagi warga untuk mencari menu berbuka puasa.
“Semuanya ada di sini,” ujarnya. Selain di Terminal Nendagung, pedagang takjil juga bisa dijumpai di kawasan pasar, Talang Jawa, dan Simpang Padang Karet.
Di Besemah sendiri, takjil disebut dengan pembukean. Istilah ini mungkin merujuk pada menu untuk berbuka puasa. Yang pasti, pembukean dan metangkah aghi tetap di kenal masyarakat Pagaralam hingga kini.
Layak Menasional
EKO Wahyudi SS mengatakan istilah "metangka aghi" yang masih lazim dipakai di wilayah Besemah layak menasional seperti halnya ngabuburit dari Sunda.
BACA JUGA:Semendo Salah Satu dari 5 Suku Asli Sumatera Selatan, Ternyata Berasal Dari Banten
Menurut wartawan Palembang Ekspres ini, supa menasional, pemakaian metangka aghi harus masif, terstruktur dan sistematik. Serta harus beramai-ramai diviralkan.
“Meskipun nanti tidak akan menyamai ngabuburit, setidaknya ia bisa masuk lema atau kosakata resmi dalam KBBI selanjutnya,” ”tulis Eko dalam postingannya di grup PWI Pagaralam seperti yang dikutip Pagaralam Pos kemarin.
Masalahnya sekarang, Eko menambahkan, anak-anak muda justru lebih senang memakai istilah ngabuburit dibandingkan metangka aghi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: