Melacak Asal Usul Burung Dinang Dua Versi yang Berbeda

Melacak Asal Usul Burung Dinang Dua Versi yang Berbeda

Melacak Asal Usul Burung Dinang -pidi-pagaralampos.com

PAGARALAMPOS.COM - Burung Dinang. Siapapun dia yang pasti namanya tetap dikenang sampai sekarang. Sebuah makam di Dusun Tanjung Keling menandai keberadaanya.

Tak mudah melacak asal-usulnya.

DUA bangunan beratap seng berdiri berdampingan di tengah rimbunnya pohon bambu di tepi jalan Tanjung Keling-Talang Banan Kelurahan Burung Dinang Kecamatan Dempo Utara.

Masing-masing bangunan ini menaungi lantai marmer bewarna putih. Di tengah-tengah dua lantai marmer putih ini menyembul batu warna hitam.

BACA JUGA:Ternyata Suku Besemah Sudah Memiliki Pengadilan Adat, Begini Isi Aturannya!

“Masyarakat menyebutnya makam Puyang Burung Dinang. Saya kurang paham yang mana makam itu karena ada dua bangunan,”ucap Franses Jhoniko SE, Lurah Burung Dinang, ketika dihubungi Pagaralam Pos kemarin (4/5).

Yang jelas, menurut Iko-sapaan Franses Jhoniko- makam itu sudah ada di sana sejak dulu. Masyarakat pun kerab datang untuk berziarah di makam ini. “Bangunan makam itu dibuat oleh orang yang sering ziarah ke sana,”ujar Iko.

***
Burung Dinang memang bukanlah orang sembarangan. Dia disebut sebagai puyang-pendahulu. Toh tak mudah untuk melacak asal-usulnya. Asal-usul Burung Dinang memiliki beberapa versi.

Versi pertama datang dari Asmadi. Pemerhati sejarah dan budaya Besemah ini memperkirakan Burung Dinang berasal dari tanah tinggi Sebakas, kawasan yang terletak di Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan. “Ini saya dapat dari syair-syair guritan lama,”ucap Mady Lani-sapaan akrab Asmadi-ketika dihubungi Pagaralam Pos kemarin.

BACA JUGA:MENGEJUTKAN! Selain Keturunan Majapahit, Ternyata Suku Besemah Memiliki Sebuah Kerajaan Yang Besar


Mengutip guritan itulah, Mady menyebut, Burung Dinang merupakan salahseorang anak dari Rindang Papan dan Lemang Batu. “Kalau tidak salah, Burung Dinang ini anak bungsu,”ucapnya.

Saudara-saudara Burung Dinang ini disebutkan Mady adalah Bujang Beghusik, Bujang Juare, Raden Kumbang, Raden kuning, Anak Dalam, dan Langit Hitam.

Itulah sebabnya, Mady menyebutkan, lantaran memiliki hubungan darah, makam-makam para puyang ini berdekatan. Di dekat makam Puyang Burung Dinang, kata Mady, adalah makam saudaranya sendiri yakni Puyang Anak Dalam.

“Dan di depan makam puyang Burung Dinang, itu ada makam Puyang Raden Kuning,”lanjutnya. Tak jauh dari sini, persisnya di atas Air Terjun Keling kata Mady lagi, terdapat makam Puyang Bujang Juare.

BACA JUGA:Sastra Tutur: Guritan Besemah yang Sebenarnya

Kendati Mady mengakui asal-usul Puyang Burung Dinang hasil penelaahannya ini masih bisa diperdebatkan lagi.

Salahsatunya mengenai apakah Burung Dinang ini seorang lelaki atau perempuan. “Kuat dugaan, Burung Dinang ini seorang perempuan. Tapi ini bisa diperdebatkan,”ucapnya.

Versi lain mengenai asal usul Puyang Burung Dinang dilontarkan Saturudin Tjik Olah. Anggota Lembaga Adat Besemah ini memperkirakan, Burung Dinang adalah anak Puyang Serunting Sakti.

“Untuk anak ke berapa, saya kurang paham,”ucap Satar.

BACA JUGA:Kuliner Besemah Kini Tinggal Nama, Nasi Ibat Kalah Dengan Nasi Kotak

Puyang Serunting Sakti sendiri bermakam di bukit Padang Langgar Dusun Pelang Kenidai Kecamatan Dempo Tengah. Sama seperti Burung Dinang, makam Serunting juga dilindungi bangunan beratap serta diteduhi pohon bambu.

Mengapa Puyang Burung Dinang bisa bermakam di Tanjung Keling? Satar tak bisa memastikan. Ia memperkirakan, itu kemungkinan karena Burung Dinang memiliki semacam 'wilayah kekuasaan' di kawasan Tanjung Keling.

Penjelasan Satar sama dengan jurai tue  Semidang Suku Ghozali. Menurut Ghozali, dari istri pertamanya yang konon merupakan bidadari, Serunting Sakti memperoleh seorang anak laki-laki. “Namanya Burung Bhinang,”ucap Ghozali, ketika menziarahi makam Puyang Serunting Sakti pada akhir Desember 2017 lalu.

Adapun istri keduanya-adik dari seorang tokoh bernama Riye Tabing-Serunting mendapatkan enam orang anak. Dengan demikian, total anak Serunting Sakti berjumlah tujuh orang. “Tujuh orang inilah yang njadikah jagat. Hijrah ke mana-mana dan akhirnya membuat pemukiman baru,” lanjut Ghozali ketika itu. 

BACA JUGA:Bingkai Budaya, Mengenal Kekayaan 14 Sastra Besemah Lama Warisan Leluhur

Apapun versi tentang asal usulnya, yang jelas Puyang Burung Dinang masih dikenang sampai kini. Selain keberadaan makam, nama puyang ini juga disematkan sebagai nama kelurahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: