Membincangkan Masa Depan Tebat Gheban, Tak Cukup Mengandalkan Alam!

Membincangkan Masa Depan Tebat Gheban, Tak Cukup Mengandalkan Alam!

Membincangkan Masa Depan Tebat Gheban--

PAGARALAM,PAGARALAMPOS.COM - Adzan Asyar sudah berkumandang ketika Pagaralam Pos datang ke Tebat Gheban sekira pukul 15.40 WIB kemarin (21/1). Angin berhembus sepoi-sepoi.

Permukaan tebat yang berada di Dusun Alun Dua Kelurahan Alun Dua Kecamatan Pagaralam Selatan itu nampak beriak-riak. Nun di kejauhan Gunung Dempo tinggi menjulang yang bagian puncaknya tertutup awan. Tebat Gheban memang indah dipandang.

Dua orang penangkap ikan  berlayar ke tengah tebat dengan menaikai rakit bambu. Di pinggir-pinggir tebat-tepi jalan aspal- para pemancing memasang muka serius sembari mengamati pancingnya yang belum juga disambar ikan.

Di titik lain, di bawah gazebo dan bawah pohon nampak beberapa muda-mudi asyik berkecengkrama. Beberapa orang lagi nampak berjalan kaki menyusuri jalan aspal yang melingkari tebat. Kiri-kanan jalan ini nampak diselimuti semak belukar. Maka, selain pemancing, segelintir wisatawan, dan penduduk lokal, nyaris tak ada orang lain lagi di sini.

BACA JUGA:5 Tempat Wisata Berbahaya di Indonesia, Bahkan Pernah Memakan Korban Jiwa

Harumin Tado SH, seraong pemerhati budaya dan pariwisata Pagaralam, tak heran dengan kondisi Tebat Gheban itu. Ia mengatakan, itu karena daya tarik Tebat Gheban masih belum kuat.

“Tidak cukup hanya mengandalkan keindahan alam saja,”ujar Tado Basri-sapaan Harumin Tado-ketika ditemui Pagaralam Pos di Dusun Alun Dua kemarin (22/1). “Kalau sekedar tebat, di Palembang banyak rawa yang lebih luas meskipun musiman,”katanya pula.

Mirco Andreal, seorang warga Pagaralam juga tak menampik bila daya tarik di Tebat Gheban masih belum banyak. Masih monoton, ia bilang. Maka ia mengaku sudah sangat jarang datang ke Tebat Gheban.

“Kalau sengaja ke sana untuk berekresasi, rasanya sudah hampir dua tahun tidak lagi,”katanya kemarin.

BACA JUGA:Mau Uji Nyali? Cobain 10 Tempat Wisata Angker di Semarang yang Bikin Merinding

Menurut Tado, Tebat Gheban sejatinya bisa lebih ramai lagi. Pengunjungnya bisa berasal dari luar Pagaralam. Adapun caranya kata dia, adalah dengan menanambah fasilitas-fasilitas penunjang.

Contohnya disebutkan Tado, membuat tempat swafoto, panggung terapung atau bahkan flying fox dan water boom. Sentra kuliner khas Besemah pun perlu disediakan. “Wisatawan dari luar tidak akan mencari pizza,”tuturnya.

Penambahan fasilitas ini diyakini Tado akan membuat daya tarik Tebat Gheban semakin kuat. Danau Dedughuk di Semende dan Shuji di Muara Enim pun kalah. Wisatawan akan berbondong-bondong datang ke Tebat Gheban. “Kita punya potensi yang lebih bagus,”ucapnya.

Aset Dusun

BACA JUGA:7 Tempat Wisata di Banyuwangi yang Akan Bikin Kamu Ingin Traveling

Siapakah yang mau membangunkan fasilitas-fasilitas tersebut? Pemerintah, kata Wakil Ketua II DPRD Pagaralam Efsi SE tak bisa menggelontorkan dana untuk membuat fasilitas Tebat Gheban. Hal ini lanjut dia, karena Tebat Gheban merupakan milik masyarakat, bukan milik Pemkot. Lain ceritanya kalau dihibahkan.

“Aturannya demikian,”ujar Efsi yang berasal dari daerah pemilihan Pagaralam Utara ini, ketika dimintai pendapatnya lewat sambungan telepon kemarin.

Tado membenarkan kalau Tebat Gheban bukanlah milik Pemkot. Tebat Gheban katanya adalah milik masyarakat dua dusun. Yaitu Dusun Alun Dua dan Petani. Hal ini terkait dengan sejarah pembuatan Tebat Gheban di masa lalu.

“Puyang Janu adalah leluhur masyarakat Alun Dua yang membuat Tebat Gheban. Demikian ceritanya,”katanya.

BACA JUGA:Kembalikan Peradaban Islam yang Kian Memudar, Tanamkan Nilai Keislaman Sejak Dini

Tapi Tado meyakinkan, pemerintah bisa menggelontorkan dana untuk membangun fasilitas Tebat Gheban. Caranya? “Masyarakat dua dusun bisa membentuk yayasan atau lembaga berbadan hukum lainnya,”jawabnya. “Pemkot bisa menghibahkan dananya ke yayasan tersebut. Dan ini tak melanggar aturan,”katanya pula.

Lebih lanjut Tado menjelaskan, dana hibah tersebut lalu digunakan yayasan tersebut untuk membangunkan fasilitas. Bisa melalui pihak ketiga atau dengan cara yang tak melanggar aturan lainnya. Kelak setelah semua fasilitas beroperasi, yayasan bisa menyetor retribusi kepada Pemkot.

“Tapi yang perlu diketahui adalah, Pemkot bisa membantu dana tapi bukan untuk memiliki. Tebat Gheban tetap milik masyarakat Alun Dua dan Petani,”tambahnya.

Kalaupun toh Pemkot tak bisa memberikan hibah juga, Tado mengatakan, masih ada cara lain. Yaitu mengajukan dana hibah kepada Pemrov Sumsel atau bahkan ke pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata.

BACA JUGA: Air Terjun ini Menjadi Wisata Pilihan Di Kabupaten Dompu!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: