Kembangkan Sentra Unggulan Pertanian Sumsel
STEK SAMBUNG : Dinas Pertanian Kota Pagaralam, gelar verifikasi stek sambung kopi, salah satunya di desa Talang Sawah Kelurahan Padang Temu.-Foto : Sandi/Pagaralampos-
“Yang sudah panen lebih 5.000 hektare. Belum termasuk potensi ribuan hektare lainnya,” kata dia. Jagung yang dihasilkan banyak dipasarkan ke wilayah Lampung. Salah satu sebab, di provinsi tetangga itu punya pabrik pengolahan jagung menjadi pakan ternak atau tepung.
BACA JUGA:Polsek Paiker Terima Kunjungan Kapten Sunarko
Juga dijual ke Palembang. “Di kita belum ada pabriknya,” tambah Joni. Untuk tanaman holtikultura, di OKU dikembangkan sentra bawang merah dan cabai. Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian OKU, Septi Anita SP MSi menambahkan, jagung punya prospek bagus. Menjadi komoditi pertanian alternatif yang cukup menjanjikan.
Kota Prabumulih tak mau kalah. Kembali fokus mengembangkan sentra nanas. “Kita terus menggalakkan tanam nanas supaya tidak lagi jadi tanaman tumpang sari,” ujar Wali Kota Prabumulih H Ridho Yahya. Tersebar di berbagai kelurahan dan desa. Terutama di Kelurahan Karang Jaya dan Patih Galung yang sudah ekspor.
Prabumulih sukses berinovasi dengan pengolahan serat dan daun nanas. Kini, banjir permintaan ekspor serat daun nanas, yang umumnya dijadikan bahan pembuat kain. “Banyak diminati negara dengan suhu yang dingin,” ucapnya.
BACA JUGA:Miris, 60 Hektar Sawah Terancam Kekeringan
Dengan begitu, nanas tidak hanya dijadikan manisan, kue, dan sebagainya. “Kulitnya diolah menjadi bahan pewarna dan daunnya diolah menjadi benang dan bisa diekspor ke Singapura dan bisa juga dibuat kain,” tandas Ridho.
Begitu pula Kabupaten Ogan Ilir. Selain padi juga mengembangkan potensi pohon aren di Indralaya, jeruk siam di Rambang Kuang dan Nanas di Tanjung Batu. Hampir setiap desa Tanjung Batu menanam nanas. “Luas kebun nanas di wilayah itu mencapai 50-100 hektare. Hasil buah panen nanas tersebut biasa dijual ke Jakarta, selain Sumsel,” ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Ogan Ilir, Abi Bakrin Sidik.
Untuk padi, total lahan sawah di Ogan Ilir mencapai 53.127 hektare. Sejak 2021 hingga sekarang, kelompok tani di Desa Embacang Kecamatan Lubuk Keliat terus membuka lahan sawah baru secara bertahap.
BACA JUGA:Stunting Pagar Alam Terendah di Sumsel, Berada di Angka 11.6%, Wako Harapkan Bisa Diangka 1 Digit
“Luas lahannya ada 400 hektare. Baru terbuka 100 hektare yang sudah mulai dikelola secara bertahap untuk ditanami padi. Panen tiga kali setahun. Per hektare hasilkan 4-5 ton,” ujar Abi. Di kabupaten Muratara, tahun ini (2023) prioritas kembangkan potensi tanaman jagung, bawang merah, cabai dan padi.
“Kita lakukan pembukaan lahan secara bertahap. Terapkan sistem pompanisasi dan membuka saluran irigasi,” kata Kepala Dinas Pertanian Muratara, Ade Mairi. Menurutnya, ada sekitar 7.000 hektare lahan sawah yang berpotensi. Tapi ditinggalkan petani karena beragam faktor.
Misal, karena sawah lebak jadi sering kebanjiran dan kekeringan saat kemarau. Lalu hanya bisa panen sekali setahun. “Kita sudah buka 3.000 hektare lahan produktif untuk ditanami padi,” jelasnya. Sudah ada yang bisa panen 2-3 kali setahun. Rata-rata per hektare hasilkan 5 ton.
Di Empat Lawang juga fokus kembangkan potensi padi. Irigasi Lintang Kiri sudah dibangun. Cetak sawah juga sudah berjalan. “Kita yakin Empat Lawang nantinya bisa menjadi salah satu kabupaten lumbung pangan,” tegas Bupati Empat Lawang, H Joncik Muhammad.
Potensi pertanian di Kecamatan Pasemah Air Keruh (Paiker) juga sangat bagus.Petani pilih tanam jagung.
BACA JUGA:Usulan Bukan Hanya Pembangunan Infrastruktur
Sementara, Banyuasin terus menasbihkan diri jadi lumbung pangan nasional. Produksi tahun lalu (2022), gabah kering giling mencapai 1.199.000 ton. Terbesar nomor empat se-Indonesia. “Ada surplus 428.261,15 ton,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Banyuasin, Sarip. Angka itu meningkat dari 2021.
Petani diajak menanam IP200 agar panen lebih banyak. Banyuasin juga sentra jagung, terutama di wilayah Kecamatan Tanjung Lago, Muara Sugihan. “Hasilnya melimpah,” tutur Sarip. Sedangkan di kecamatan Banyuasin III, Betung dan Sembawa jadi sentra cabai.
Pemkab Lahat berencana kembangkan integrated farming. Lokasinya di wilayah Desa Gunung Megang Kecamatan Jarai dan Desa Tanjung Agung kecamatan Suka Merindu. “Tahun ini dikaju dulu. Bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), untuk melihat potensi yang ada,” kata Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Lahat, Dian Iskandar SP MSi.
Di desa itu, komoditi yang akan dikembangkan yakni padi, sayuran, jagung perikanan dan peternakan. Juga pengolahan pupuk organik. Untuk pemasaran ada pasar tani yang terpusat di Bengkurat City, Kecamatan Lahat.
BACA JUGA:Ancaman Narkoba Nyata, Andi Serukan Masyarakat Perangi Narkoba
Ada juga pengembangan padi varietas unggul, yakni varietas Nutrizink. Beras ini memiliki kandungan zink yang lebih tinggi dari beras biasa. Bermanfaat bagus untuk cegah stunting. Produktivitasnya juga lebih tinggi dari varietas biasa, capai 6 ton per hektare.
Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Lahat bersama sejumlah Kelompok Tani (Poktan) membuat penangkaran benih padi unggul. Terpusat di lahan sawah warga seluas dua hektare di Desa Air Dingin, Kecamatan Tanjung Tebat. “Benih yang digunakan label putih, bisa ditanam berkali kali. Hasilnya lebih banyak,” kata Ketua KTNA Lahat, Arsito. Targetnya, Lahat Mandiri Benih Padi 2024.
Plt Kepala Dinas Pertanian PALI, Ahmad Jhoni SP MM mengatakan, saat ini pihaknya masih pengembangan pertanian pada titik-titik tertentu dulu sebelum menuju ke sentra unggulan.
“Sejauh ini kita belum sampai ke sentra. Melainkan di spot-spot dahulu, skala kampung. Seperti kampung hortikultura dan kampung buah,” ujarnya.
BACA JUGA:Herman Deru Lantik Wabup Muara Enim, Hanya Miliki 8 Bulan Masa Jabatan
Namun, pihaknya akan berupaya dalam mewujudkan sentra unggulan, seperti lumbung beras. Sementara, kabupaten Mura membentuk food estate.”Ini merujuk pada RPJMD, Musi Rawas 70 persen warganya bermatapencaharian pertanian dalam arti luas,” ungkap Kepala Bappeda Mura, Kgs Effendi Feri.
Mura pernah peringkat satu swasembada pangan di Sumsel. Kini ingin mengembalikan kejayaan itu. “Kami sudah paparan tentang food estate dengan Bappeda dan Dinas Perkebunan Sumsel. Juga ke Kementerian Pertanian dan Bappenas,” bebernya.
Ada enam food estate kawasan produksi yakni STL Ulu Terawas, Sumber Harta, Tugumulyo, Purwodadi, Megang Sakti dan Muara Beliti. Sedangkan food estate kawasan perkebunan tersebar di seluruh (14) kecamatan, karet dan sawit. Wilayah food estate perikanan di Muara Beliti, Tugumulyo, Purwodafi, Sumbet Harta, STL Ulu Terawas, Selangit dan Megang Sakti.
BACA JUGA:Buka Rakernas Penurunan Stunting, Presiden: SDM Unggul Kunci Daya Saing Bangsa
Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Holtikultura OKI, Ir Sahrul MSi mengatakan, pihaknya fokus pengembangan dan peningkatan produksi padi rawa lebak dan pasang surut. “Insya Allah Maret mulai dilakukan,” terangnya.
Sebelumnya, dua tahun lalu Gubernr Sumsel H Herman Deru telah melakukan Kick Off Food Estate “Petani Bela Negeri” Agrosolution di Pemulutan, Ogan Ilir. Itu jadi salah satu upaya yang dilakukan Pemprov Sumsel, dengan dukungan Kementerian Pertanian untuk mewujudkan dan menjaga stabilitas pangan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: