Rambut Gondrong Pria Antara Kebebasan, Tren, dan Perawatan Serius
Rambut Gondrong Pria Antara Kebebasan, Tren, dan Perawatan Serius--
Tetapi tetap saja, memilih gondrong tidak cocok untuk semua orang.
Ada bentuk wajah yang makin gagah dengan rambut panjang, ada pula yang justru terlihat lusuh.
Ada lingkungan kerja yang menerima gaya nonkonvensional ini, tapi masih banyak pula yang memandangnya sebelah mata.
Maka rambut gondrong, meski tren, tetap butuh pertimbangan matang. Ia bukan sekadar gaya rambut, tapi juga bagian dari narasi hidup seseorang tentang kebebasan, konsistensi, dan keberanian tampil beda tanpa kehilangan esensi diri.
BACA JUGA:Mau Tampil dengan Gaya Rambut yang Lebih Modern dari Pixie? Coba 6 Gaya Rambut Pendek Berikut Ini
Dalam konteks budaya Indonesia, rambut gondrong juga memuat makna sosial yang tidak tunggal.
Di masa Orde Baru, pria berambut panjang sempat distigma sebagai pembangkang atau bahkan preman.
Tapi kini, stereotip itu mulai luntur seiring berkembangnya industri kreatif dan kebebasan berekspresi.
Musisi, aktor, barista, hingga dosen muda tampil percaya diri dengan rambut gondrong yang tertata rapi Transformasi makna ini menunjukkan bahwa masyarakat kita mulai lebih dewasa dalam memandang penampilan, tak lagi menilai isi kepala dari panjang rambut di luar.
BACA JUGA:Potongan Rambut Asimetris Ketika Ketidakseimbangan Menjadi Tren
Namun, bukan berarti tidak ada tantangan.
Pria gondrong masih harus berjuang membuktikan bahwa penampilannya tidak mengurangi profesionalisme.
Di sinilah pentingnya merawat rambut dengan serius, agar kesan yang muncul bukan asal-asalan, tapi penuh karakter.
Menggondrong bukan berarti malas mencukur, tapi justru pilihan penuh kesadaran.
Dan seperti pilihan hidup lainnya, ia perlu komitmen, gaya, dan tentu saja—shampo yang tepat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
