Api dari Tanah Banten: Jejak Pemberontakan Petani 1888 Melawan Penindasan Kolonial
Api dari Tanah Banten: Jejak Pemberontakan Petani 1888 Melawan Penindasan Kolonial-Foto: net -
Pada 9 Juli 1888, pemberontakan meletus secara serentak di wilayah Anyer, Cilegon, dan Serang.
BACA JUGA: Danau Satonda: Sejarah Alam dan Legenda Mistis Pulau Vulkanik yang Menawan
BACA JUGA:Mengenal Bukit Ketapang: Catatan Sejarah Perjuangan dan Pesona Alam yang Memikat
Para petani, yang dipersenjatai dengan golok, tombak, dan senjata tradisional lainnya, menyerbu pos militer Belanda, kediaman pejabat, dan simbol kolonial lainnya.
Keberanian dan semangat mereka membuat beberapa wilayah berhasil direbut dalam waktu singkat.
Namun, tanpa persenjataan modern dan koordinasi yang kuat, pemberontakan ini segera mendapat respon keras dari pemerintah kolonial.
Pasukan dari Batavia dikirim, dan pada pertengahan Juli 1888, mereka berhasil merebut kembali kawasan yang sempat diduduki para pemberontak.
Penindasan dan Hukuman
Setelah pemberontakan dihentikan, Belanda melakukan tindakan represif besar-besaran. Ribuan orang ditangkap, termasuk ulama dan para santri.
Haji Wasid sendiri dieksekusi mati pada tahun yang sama. Pejuang lainnya diasingkan ke luar Pulau Jawa, seperti ke Sumatra dan Maluku.
Walaupun Pemberontakan Banten 1888 secara militer dikalahkan, semangatnya telah menyalakan api perjuangan nasional.
Gerakan ini menunjukkan bagaimana agama dan keadilan sosial dapat memantik aksi kolektif yang nyata.
BACA JUGA: Jejak Sejarah Suku Zulu: Bangsa Pejuang yang Mengukir Legenda Afrika Selatan
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Kerajaan Berau, Pusat Perdagangan dan Maritim Kalimantan Timur
Warisan dan Signifikansi Sejarah
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
