PAGARALAMPOS.COM - Museum Blanco Renaissance adalah salah satu destinasi seni paling ikonik di Ubud, Bali.
Museum ini bukan hanya menyimpan karya seni bernilai tinggi, tetapi juga menjadi saksi perjalanan panjang sangmaestro, Don Antonio Blanco, pelukis kelahiran Filipina yang jatuh cinta pada budaya Bali.
Keunikan museum ini terletak pada perpaduan budaya Timur dan Barat, baik dari arsitektur bangunan, suasana, hingga gaya seni yang dipamerkan.
Don Antonio Blanco lahir pada 15 September 1912 di Manila dari keluarga keturunan Spanyol.
BACA JUGA:Sejarah Jembatan Cirahong: Ikon Peninggalan Kolonial di Perbatasan Tasikmalaya dan Ciamis!
Sejak kecil ia menunjukkan ketertarikan yang kuat pada dunia seni. Setelah menempuh pendidikan seni di Amerika Serikat, ia melakukan perjalanan ke berbagai negara untuk mencari inspirasi.
Pada akhir 1950-an, perjalanannya membawanya ke Bali, pulau yang pada akhirnya menjadi rumah terakhir sekaligus sumber inspirasi terbesarnya.
Setibanya di Ubud, Don Antonio Blanco merasa terpikat oleh keindahan alam Bali, budaya yang unik, serta pesona perempuan Bali yang anggun.
Ia kemudian menikah dengan seorang penari legong Bali bernama Ni Ronji. Pernikahan ini semakin mengikat hatinya dengan Bali.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Jembatan Ancol: Saksi Bisu Perjalanan Jakarta dari Masa ke Masa!
Ia memutuskan menetap dan mulai membangun studio tempat ia melukis sekaligus menyimpan karya-karyanya.
Museum Blanco Renaissance berdiri di atas tanah pemberian Raja Ubud, Tjokorda Gde Agung Sukawati.
Bangunan museum ini mulai dibangun pada tahun 1990-an dan selesai beberapa waktu sebelum Don Antonio Blanco wafat pada 10 Desember 1999.
Sayangnya, sang maestro tidak sempat melihat peresmian museumnya yang dilakukan oleh keluarga beberapa tahun setelah kepergiannya.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gunung Tambora: Letusan Dahsyat yang Mengubah Dunia!