Penduduk setempat percaya bahwa arca ini membawa keberuntungan dan menjaga keseimbangan alam sekitar.
Selain Palindo, ada pula Arca Tadulako, yang dipercaya menggambarkan sosok pemimpin atau tokoh penting zaman dahulu.
Sementara Batu Kalamba (semacam peti batu raksasa) diyakini berfungsi sebagai wadah pemakaman para bangsawan atau tokoh spiritual.
Menariknya, hingga kini belum ada bukti pasti mengenai siapa pembuat arca-arca tersebut dan teknologi apa yang digunakan.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Nekara Perunggu: Warisan Megah dari Zaman Perundagian!
Batu-batu granit keras itu dipahat dengan presisi tinggi, padahal masyarakat prasejarah belum mengenal alat logam. Hal ini membuat Bada Valley menjadi salah satu misteri arkeologi terbesar di Indonesia.
Makna Budaya dan Spiritualitas
Bagi masyarakat lokal, arca dan batu-batu megalit di Bada Valley bukan sekadar peninggalan kuno, melainkan bagian dari identitas budaya dan spiritualitas yang diwariskan turun-temurun.
Banyak yang percaya bahwa batu-batu itu adalah penjelmaan leluhur, simbol kesuburan, atau penjaga alam.
Legenda setempat menyebutkan bahwa arca-arca itu dulunya adalah manusia yang dikutuk karena melanggar aturan adat.
Cerita rakyat ini menunjukkan betapa kuatnya hubungan masyarakat dengan alam dan dunia roh pada masa lampau.
Penemuan dan Penelitian Modern
Ketertarikan ilmuwan terhadap Situs Megalitikum Bada Valley mulai meningkat sejak awal abad ke-20.
Pada masa kolonial Belanda, beberapa peneliti seperti Albert C. Kruyt dan Van Heekeren melakukan pendokumentasian awal terhadap arca-arca tersebut.