Hingga kini, unsur animisme masih kental mewarnai praktik budaya mereka, meskipun sebagian besar masyarakat Nage kini memeluk agama Katolik.
Ritual-ritual adat seperti pesta panen, pernikahan, hingga pemakaman dilaksanakan dengan penuh khidmat.
Salah satu upacara penting adalah ritus penghormatan leluhur, di mana masyarakat berkumpul di sekitar rumah adat dan menampilkan tarian serta doa untuk memohon berkat.
Bagi mereka, menjaga hubungan harmonis dengan leluhur adalah kunci kesejahteraan komunitas.
BACA JUGA:Sejarah Pura Besakih: Pusat Spiritual dan Warisan Agung Hindu di Pulau Bali!
Tradisi dan Kesenian
Suku Nage juga dikenal memiliki kesenian tradisional yang khas. Tarian adat sering ditampilkan pada acara penting, diiringi musik tradisional dari gong dan gendang.
Gerakan tarian biasanya mencerminkan rasa syukur kepada Tuhan dan alam, sekaligus sebagai media mempererat ikatan sosial.
Selain seni tari, tenun ikat juga menjadi bagian penting dari identitas budaya Nage. Tenun dibuat dengan teknik tradisional dan penuh simbolisme.
BACA JUGA:Sejarah Gunung Bukit Raya: Puncak Tertinggi Kalimantan yang Sarat Legenda!
Motif-motif yang dipakai biasanya menggambarkan alam sekitar, hewan, atau simbol kepercayaan leluhur. Kain tenun ini tidak hanya digunakan sebagai pakaian sehari-hari, tetapi juga memiliki nilai sakral dalam upacara adat.
Hubungan dengan Suku Lain
Dalam sejarahnya, Suku Nage sering berinteraksi dengan suku-suku tetangga di Flores. Hubungan ini terjalin melalui perdagangan, perkawinan, hingga penyebaran agama.
Kedatangan misionaris Katolik pada abad ke-19 membawa perubahan besar dalam sistem kepercayaan mereka, namun tidak menghapus identitas adat yang tetap bertahan hingga kini.
BACA JUGA:Pesona Wisata Malam Kota Tua yang Diselimuti Lampu Temaram Nan Romantis
Keunikan Suku Nage juga mendapat perhatian para peneliti antropologi.