Sejarah dan Kebudayaan Suku Nage: Warisan Leluhur dari Flores, Nusa Tenggara Timur!

Sabtu 04-10-2025,09:58 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

Rumah ini dibangun dari kayu, bambu, dan atap ilalang, serta memiliki bentuk arsitektur unik yang mencerminkan nilai kebersamaan.

Suku Nage mengenal struktur sosial berbasis kekerabatan. Kepemimpinan adat biasanya dijalankan oleh seorang mosalaki, yakni tetua adat yang dipercaya menjaga keseimbangan antara manusia, leluhur, dan alam.

Peran mosalaki sangat penting, terutama dalam mengatur ritual adat, pembagian lahan pertanian, serta penyelesaian konflik antarwarga.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Nage dikenal menjunjung tinggi nilai gotong royong.

BACA JUGA:Sejarah Bukit Shafa dan Marwah: Jejak Suci dalam Perjalanan Ibadah Haji dan Umrah!

Misalnya, ketika membangun rumah, mengolah sawah, atau melaksanakan upacara adat, mereka melibatkan seluruh anggota kampung agar tercipta solidaritas yang kuat.

Ekonomi dan Pertanian

Sebagian besar masyarakat Nage menggantungkan hidup dari pertanian dan peternakan. Tanaman utama yang mereka budidayakan adalah padi, jagung, dan ubi-ubian.

Selain itu, kopi dan cengkih menjadi komoditas penting yang tumbuh subur di wilayah pegunungan Flores.

Peternakan juga menjadi bagian penting dalam kehidupan ekonomi dan budaya mereka.

BACA JUGA:Rahasia Tembok Kota Tua yang Masih Menyimpan Jejak Misteri Zaman Dulu

Hewan seperti kerbau, babi, dan ayam tidak hanya dipelihara untuk kebutuhan pangan, tetapi juga digunakan dalam ritual adat. Seekor kerbau misalnya, sering dijadikan persembahan dalam upacara penghormatan leluhur.

Kepercayaan dan Ritual Adat

Sejarah Suku Nage tidak bisa dilepaskan dari sistem kepercayaan mereka.

Sebelum masuknya agama-agama besar, masyarakat Nage menganut kepercayaan animisme, yakni keyakinan bahwa roh leluhur dan kekuatan alam memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan.

BACA JUGA:Menyusuri Sungai Bersejarah yang Masih Mengalirkan Cerita Zaman Dulu

Kategori :