Jejak Sejarah dan Kehidupan Masyarakat
Jika menengok ke belakang, kawasan perbukitan yang kini disebut Bukit Teletubbies sejatinya merupakan lahan yang sudah lama bersentuhan dengan kehidupan masyarakat lokal.
Di kawasan Bromo, contohnya, masyarakat Tengger telah lama menjadikan bukit-bukit hijau di sekitarnya sebagai bagian dari jalur penggembalaan ternak.
BACA JUGA:Ayo Ikuti Perjalanan Wisata Religi ke Makam Pahlawan Lokal yang Sarat Nilai Kehidupan
Selain itu, tanah subur di area sekitar juga dimanfaatkan untuk bercocok tanam sayuran, meski area inti bukit tetap dipertahankan alami.
Di Bali, khususnya Nusa Penida, bukit-bukit hijau ini dahulu lebih dikenal sebagai padang penggembalaan sapi dan kambing.
Kontur tanah yang berbukit menjadikannya kurang ideal untuk pertanian intensif, sehingga lebih sering dibiarkan tumbuh alami sebagai padang rumput.
Baru setelah sektor pariwisata berkembang pesat, perbukitan ini mulai dilihat sebagai aset wisata dengan daya tarik unik.
BACA JUGA:Dari Medan Perang Jadi Taman Damai Tempat Keluarga Berjalan Tenang
Peran Wisata dan Transformasi Kawasan
Sejarah Bukit Teletubbies juga erat kaitannya dengan perkembangan pariwisata Indonesia. Pada awalnya, kawasan bukit hanya dikenal oleh masyarakat setempat.
Namun, seiring dengan maraknya media sosial dan minat wisatawan pada destinasi alam yang “instagramable,” Bukit Teletubbies mulai viral.
Foto-foto wisatawan dengan latar belakang bukit hijau bergelombang tersebar luas, memicu rasa penasaran banyak orang untuk datang.
BACA JUGA:Pesona Wisata Sejarah yang Bikin Kamera Nggak Mau Berhenti Jepret
Pemerintah daerah maupun pengelola pariwisata kemudian mulai menata kawasan tersebut agar lebih ramah wisatawan.
Jalan setapak, area parkir, serta spot foto mulai dibuat. Namun, di beberapa lokasi, masyarakat tetap menjaga agar bukit tidak berubah menjadi area yang terlalu komersial, sehingga keasliannya tetap terjaga.