Relief tersebut menggambarkan cerita-cerita yang diambil dari kitab Jataka dan Pancatantra, yaitu kisah-kisah moral yang sering kali diwujudkan dalam bentuk fabel.
Beberapa relief menggambarkan binatang seperti kura-kura, burung, dan kera, yang menyampaikan pesan moral bagi kehidupan manusia.
Di dalamnya terdapat tiga arca Buddha besar yang masih terjaga dengan baik, yaitu:
Arca Avalokitesvara – dikenal sebagai Bodhisattva welas asih, duduk di sebelah kiri.
BACA JUGA:Yuk Ikuti Perjalanan Beras Nusantara dari Sawah sampai Mendunia
Arca Vajrapani – sebagai pelindung ajaran Buddha, berada di sebelah kanan.
Ketiga arca ini menegaskan bahwa Candi Mendut memiliki fungsi utama sebagai tempat pemujaan dalam ajaran Buddha Mahayana.
Hubungan dengan Candi Borobudur dan Candi Pawon
Keberadaan Candi Mendut tidak bisa dilepaskan dari Borobudur dan Pawon. Ketiga candi ini membentuk garis lurus imajiner yang diyakini memiliki makna simbolis.
Dalam praktik keagamaan, Candi Mendut kerap dijadikan sebagai titik awal prosesi ritual Waisak. Prosesi ini melambangkan perjalanan spiritual menuju pencerahan.
Dengan hubungan tersebut, Candi Mendut dianggap sebagai bagian penting dari rangkaian ritual keagamaan yang hingga kini masih dijalankan.
Tidak hanya menjadi monumen kuno, tetapi juga berfungsi aktif dalam kehidupan keagamaan masyarakat Buddha.
Peran dalam Sejarah dan Kebudayaan
BACA JUGA:Yuk Ikuti Jejak Penemuan Artefak di Sungai Tua yang Sarat Misteri dan Sejarah
Seiring berjalannya waktu, Candi Mendut sempat mengalami kerusakan akibat faktor alam dan kurangnya perawatan setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan besar di Jawa.