Menguak Makna Ritual Tiwah: Upacara Pemakaman Kedua dalam Budaya Dayak Ngaju

Sabtu 12-07-2025,00:54 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Di pedalaman Kalimantan Tengah yang masih lebat oleh hutan tropis, hidup sebuah tradisi kuno yang tetap lestari hingga kini: Ritual Tiwah, sebuah upacara adat masyarakat Dayak Ngaju untuk menghantar arwah leluhur menuju Lewu Tatau, tempat yang dipercaya sebagai kediaman abadi roh di alam baka.

Tiwah bukan sekadar seremoni keagamaan, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup, penghormatan mendalam terhadap leluhur, serta kekayaan budaya yang sarat nilai spiritual dan sosial.

Makna dan Tujuan Tiwah

Bagi masyarakat Dayak Ngaju, kematian tidak menandai akhir perjalanan hidup. Roh orang yang wafat dianggap masih berada di dunia hingga diantarkan ke alam baka melalui Tiwah. Tanpa ritual ini, arwah diyakini belum sepenuhnya tenang dan bisa mengganggu kehidupan keluarga yang ditinggalkan.

Tujuan utama Tiwah adalah membebaskan roh dari dunia fana dan mengantarkannya menuju Lewu Tatau dengan damai.

BACA JUGA:Sejarah Gunung Papandayan: Jejak Vulkanik dan Warisan Alam Garut!

BACA JUGA:Sejarah Gunung Mega: Jejak Alam dan Nilai Sakral di Tanah Papua Barat!

Oleh karena itu, Tiwah biasanya dilaksanakan beberapa bulan bahkan bertahun-tahun setelah kematian, tergantung kesiapan keluarga, terutama dari segi dana dan dukungan komunitas.

Rangkaian Prosesi Tiwah

Upacara Tiwah bisa berlangsung selama beberapa hari hingga berminggu-minggu, bergantung pada jumlah arwah yang akan diantar.

Berikut tahapan umumnya:

1. Penggalian dan Pembersihan Tulang

Tulang-belulang dari jenazah yang telah dikuburkan akan diangkat kembali dan dibersihkan dengan air serta ramuan tradisional secara hati-hati, karena diyakini roh masih terikat pada jasad tersebut.

2. Penyimpanan di Sandung

Tulang yang telah dibersihkan disimpan dalam Sandung, yaitu rumah kecil dari kayu yang dihiasi ukiran khas Dayak.

Kategori :