BACA JUGA:Sejarah dan Misteri Gunung Sibuatan: Jejak Alam, Mitologi, dan Pesona di Puncak Sumatera Utara!
Ayat tersebut menegaskan bahwa ritual ini merupakan bagian dari syariat yang penuh makna spiritual dan simbol ketundukan pada kehendak Allah.
Dari Jalan Batu ke Koridor Modern: Perubahan Fasilitas Sa’i
Dengan meningkatnya jumlah jamaah dari tahun ke tahun, area sa’i telah mengalami banyak perubahan. Dahulu, jalur antara dua bukit ini berupa jalanan berbatu terbuka.
Kini, ia telah menjadi bagian dari bangunan Masjidil Haram yang modern — lengkap dengan pendingin ruangan, jalur khusus bagi penyandang disabilitas, serta fasilitas yang membuat ibadah semakin nyaman.
Meski telah mengalami transformasi fisik, bagian asli bukit tetap dijaga dan dapat dilihat, menjaga jejak sejarah yang menyatu dengan perkembangan zaman.
BACA JUGA:Rekomendasi Wisata Pekanbaru: Menjelajahi Pesona Alam, Budaya, dan Sejarah di Ibu Kota Riau!
BACA JUGA: Jejak Sejarah Suku Zulu: Bangsa Pejuang yang Mengukir Legenda Afrika Selatan
Nilai-Nilai Kehidupan dari Perjalanan Siti Hajar
Kisah antara Bukit Shafa dan Marwah lebih dari sekadar narasi sejarah — ia adalah refleksi dari makna keikhlasan dan keteguhan iman.
Siti Hajar menunjukkan bahwa dalam keterbatasan dan ketidakpastian, seseorang tetap bisa berjuang dan berharap kepada pertolongan Allah.
Ritual sa’i menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa usaha yang terus dilakukan, meski dalam kondisi sulit, akan selalu mendapat balasan yang tidak terduga dari Sang Pencipta.
Kedua bukit ini bukan hanya bagian dari lanskap fisik, tapi juga penanda spiritual bagi jiwa-jiwa yang terus mencari kekuatan dalam iman.