PAGARALAMPOS.COM - Di tengah perbukitan kapur yang menjulang di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Tersembunyi sebuah peninggalan sejarah yang memikat hati siapa saja yang mencintai kebudayaan dan warisan leluhur.
Candi Dadi, demikian nama situs ini dikenal, berdiri kokoh di kawasan Pegunungan Wajak, tepatnya di Desa Wajak Kidul, Kecamatan Boyolangu.
Meski tak sepopuler candi-candi besar seperti Borobudur atau Prambanan, Candi Dadi menyimpan keunikan tersendiri yang menjadikannya penting dalam khazanah arkeologi Indonesia.
BACA JUGA:Sejarah Gunung Karangetang: Jejak Letusan, Mitologi, dan Kehidupan di Kaki Si Api Abadi dari Siau!
Asal-Usul Nama dan Letak Geografis
Nama "Candi Dadi" berasal dari bahasa Jawa yang berarti “candi yang sudah jadi” atau “telah terbentuk”.
Menurut cerita masyarakat setempat, Candi Dadi merupakan salah satu dari beberapa candi yang dulunya dibangun bersamaan di sekitar kawasan Pegunungan Wajak.
Namun, dari sekian banyak candi, hanya Candi Dadi yang selesai dibangun.
Candi-candi lainnya, yang dikenal dengan nama Candi Gemali, Candi Buto, dan Candi Urung, disebut tidak selesai atau "urung dadi" dalam bahasa Jawa, yang berarti "gagal jadi".
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gunung Gede Pangrango: Jejak Alam dan Budaya di Tanah Sunda!
Candi ini berada di puncak Bukit Wajak setinggi kurang lebih 350 meter di atas permukaan laut.
Untuk mencapainya, pengunjung harus melewati jalan menanjak yang cukup terjal, namun panorama alam yang disuguhkan dari atas bukit membuat perjalanan terasa sepadan.
Bentuk dan Arsitektur
Berbeda dengan kebanyakan candi di Jawa Timur yang umumnya dibangun dari batu andesit, Candi Dadi dibangun menggunakan batuan kapur putih.