Menyikapi Sejarah Gunung Binaiya: Jejak Alam dan Budaya di Tanah Seram!

Senin 09-06-2025,19:15 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

Ia dianggap sebagai tempat yang sakral, tempat tinggal roh leluhur dan kekuatan alam yang tidak terlihat.

Dalam berbagai upacara adat, Gunung Binaiya sering disebut sebagai penjaga alam dan pusat kekuatan spiritual.

Suku Nuaulu, misalnya, memiliki kepercayaan bahwa roh nenek moyang mereka bersemayam di puncak gunung.

BACA JUGA:Memahami Sejarah Gunung Malabar: Jejak Alam dan Warisan Kolonial di Tanah Priangan!

Oleh karena itu, mereka sangat menghormati alam sekitar dan menjalankan tradisi berburu, bercocok tanam, serta upacara pemujaan yang tidak melanggar keseimbangan ekologis.

Kepercayaan ini membuat masyarakat lokal hidup selaras dengan alam, jauh sebelum istilah “konservasi” dikenal secara luas.

Masa Penjajahan dan Eksplorasi Awal

Catatan awal mengenai Gunung Binaiya mulai muncul pada masa kolonial Belanda.

Namun, karena medan yang sulit dan lebatnya hutan hujan tropis di Pulau Seram, eksplorasi oleh bangsa asing sangat terbatas.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gunung Burangrang: Jejak Vulkanik dan Legenda yang Melekat! 

Sebagian besar penjelajah lebih tertarik pada potensi rempah-rempah dan jalur dagang, sementara pegunungan di pedalaman Seram tetap menjadi wilayah misterius yang jarang dijamah.

Baru pada abad ke-20, Gunung Binaiya mulai menarik perhatian para peneliti dan pendaki dari dalam dan luar negeri.

Pendakian pertama yang tercatat secara resmi dilakukan oleh tim ilmuwan yang meneliti flora dan fauna endemik Pulau Seram.

Mereka mencatat bahwa kawasan ini sangat kaya secara biologis, bahkan lebih unik dibandingkan wilayah lain di Indonesia.

Kategori :