Afrika Selatan Terbelah Sistem Apartheid yang Menindas Jutaan Orang

Rabu 21-05-2025,20:44 WIB
Reporter : Yogi
Editor : Gelang

PAGARALAMPOS.COM - Di tengah pesona lanskap Afrika Selatan yang memesona, tersimpan luka sejarah yang dalam bernama apartheid. 

Kebijakan ini bukan sekadar diskriminasi sosial, melainkan bentuk legalisasi rasisme paling sistematis di abad ke-20. 

Selama hampir setengah abad, apartheid membagi masyarakat berdasarkan warna kulit dengan hukum yang menindas. 

Kulit putih diistimewakan, sementara warga kulit hitam dikurung dalam ketidakadilan yang brutal.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Museum Affandi: Jejak Sang Maestro di Tepian Kali Gajah Wong!

Apartheid dimulai secara resmi pada tahun 1948 ketika Partai Nasional yang pro-kulit putih berkuasa dan menetapkan undang-undang rasial yang memisahkan kehidupan publik. 

Dari sekolah, transportasi umum, hingga area pemukiman, semua diatur agar kelompok kulit putih tetap dominan. 

Warga kulit hitam tidak memiliki hak suara, dibatasi dalam pendidikan, dan dipaksa tinggal di wilayah terpisah yang disebut “bantustan.” 

Ini bukan hanya pemisahan, tapi perampasan martabat manusia.

BACA JUGA:Sejarah Pura Mangkunegaran: Jejak Kejayaan Budaya dan Politik di Tanah Surakarta!

Perjuangan melawan apartheid tidaklah mudah, namun juga tak bisa dibendung. 

Tokoh-tokoh seperti Nelson Mandela, Desmond Tutu, dan ribuan pejuang lainnya menyalakan api perlawanan. 

Dengan aksi damai hingga perlawanan bersenjata, mereka menolak tunduk pada sistem yang menindas. 

Dunia pun ikut bersuara, melalui sanksi ekonomi dan kecaman internasional yang mengisolasi Afrika Selatan dari komunitas global, Tapi perubahan sejati butuh waktu, dan penderitaan rakyat kulit hitam terus berlanjut.

BACA JUGA:Bongkahan Terbesar Emas Dunia yang Pernah Tercatat Dalam Sejarah Dunia. Ada di Indonesia?

Kategori :