Darah, Salib, dan Takhta Inilah Wajah Lain Perang Salib yang Jarang Dibahas

Jumat 16-05-2025,20:33 WIB
Reporter : Yogi
Editor : Gelang

Konflik internal antar dinasti Muslim turut memperlemah pertahanan dan memberikan celah bagi pasukan salib. 

Perang Salib menjadi panggung perebutan hegemoni bukan hanya antara agama berbeda, tetapi juga di dalam tubuh umat Islam sendiri. 

Alasan religius menjadi pembakar semangat, namun arah dan hasilnya ditentukan oleh manuver kekuasaan.

BACA JUGA:Sejarah Benteng Tahula: Benteng Tua yang Menyimpan Jejak Perjuangan di Maluku!

Seiring waktu, istilah “Perang Salib” berkembang menjadi simbol konflik lintas budaya dan ideologi yang melampaui konteks aslinya. 

Dalam era modern, istilah ini bahkan dipakai untuk menggambarkan perang dominasi ekonomi, budaya, dan pengaruh politik global. 

Warisan sejarah ini mengingatkan kita bahwa perang atas nama agama kerap menjadi kendaraan dari ambisi yang lebih dalam. 

Realitas politik menyusup dalam setiap doktrin suci yang dikumandangkan.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Benteng Balangnipa: Jejak Kolonial di Tanah Sinjai!

Maka dari itu, Perang Salib tak bisa dipahami hanya sebagai benturan iman antara dua keyakinan. 

Ia adalah mosaik kepentingan yang melibatkan hasrat kekuasaan, strategi wilayah, aliansi pragmatis, dan pencarian identitas kekuatan besar. 

Sejarah menunjukkan bahwa agama sering dijadikan pembenaran, namun tujuan akhirnya lebih banyak ditentukan oleh kalkulasi politik. 

Dalam perang yang katanya suci, sering kali kepentingan duniawi jadi pemenang sejatinya.

Kategori :